BAB I
PENDAHULUAN
A.Pendahuluan
Sejarah akan berbeda sekarang ini tanpa Karl Marx. Demikian salah satu
kesimpulan Franz Magnis Suseno mengenai pemikiran Karl Marx.
Tidak mengherankan jika Michael Hart meletakkan Karl Max di tempat yang tinggi
dalam susunan Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam sejarah. Pada masa
jayanya, jumlah manusia yang sedikitnya terpengaruh oleh Marxisme mendekati
angka 1,3 milyar. Jumlah penganut ini lebih besar dari jumlah penganut ideologi
mana pun sepanjang sejarah manusia.
Pengaruh pemikiran Karl Marx tidak bisa diragukan lagi dalam sejarah
perjalanan dunia ini. Marx tidak hanya merangsang perubahan cara berpikir, akan
tetapi juga mengubah cara manusia bertindak. Seperti dikatakan Marx sendiri,
“Para filosof hanya menginterpretasikan dunia dalam berbagai cara; masalahnya
adalah bagaimana mengubah dunia.” Hal inilah yang kemudian membedakan Marx dari
filosof lain, misalnya, Auguste Comte atau Martin Heidegger, bahkan David Hume
yang hanya sanggup mengubah cara manusia berfikir. Meskipun tidak bisa
dipungkiri juga bahwa perubahan pemikiran ini berdampak pada kehidupan
masyarakat luas, namun efeknya tidak sebesar Karl Marx. Filsafat Marx lebih
diletakkan untuk mengubah dunia. Bahkan sebagai ideologi, “Marxisme”
menyemangati sebagian besar gerakan buruh sejak akhir abad ke-19 dan dalam abad
ke-20 yang mendasari kebanyakan gerakan pembebasan sosial.
Makalah ini mula-mula akan mengemukakan tentang latar belakang hidup Marx,
kemudian perjalanan intelektualnya sebagai penerus Hegel dan pembaruan serta
pengkayaan terhadap pemikiran gurunya tersebut. Bagian mengenai Marxisme akan
disinggung sesudah pembahasan tentang perkembangan intelektual Marx.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.Biografi Karl Marx
Karl Marx, lahir di bulan Mei 1818 di Trier, Jerman. Ayahnya seorang
pengacara yang beberapa tahun sebelumnya pindah agama Yahudi menjadi Kristen
Protestan. Perpindahan agama ayahnya yang begitu mudah diduga merupakan alasan
mengapa Karl Marx tidak pernah tertarik dengan Agama. Ayahnya mengharapkan Marx
menjadi notaris sebagaimana ayahnya. Karl Marx sendiri lebih menyukai untuk
menjadi Penyair daripada seorang ahli hukum. Hukum merupakan ilmu yang digemari
pada saat itu. etengah semester ia bertahan, dan melompat ke Universitas
Berlin, fokus pada filsafat. Masih semester dua, Marx sudah masuk kelompok
diskusi paling ditakuti di kampus itu, Klub Para Doktor, dan menjadi anggota
yang paling radikal. Kelompok ini selalu memakai Filsafat Hegel untuk menyerang
kekolotan Prussia. Tak heran, klub ini pun digelari “Kaum Hegelian Muda”. Namun
karena mereka juga menentang agama Protestan, klub ini digolongkan menjadi
Hegelian Kiri, lawan Hegelian Kanan, yang menafsirkan Hegel sebagai teolog
Protestan.
Pada tahun 1841, Marx dipromosikan menjadi doktor dengan disertasi “The
Difference between The Natural Philosophy of Democritus and Epicurus”.
Kertas kerja dan pengantar disertasi ini secara jelas menunjukkan Marx sangat
Hegelian, dan antiagama. Hal terakhir ini juga yang membuat Marx dicap sesat,
dan mulai dijauhi rekan-rekannya. Marx tumbuh di tengah pergolakan politik yang
dikuasai oleh kekuatan kapitalis para Borjuis yang menentang kekuasaan
aristokrasi feodal dan membawa perubahan hubungan sosial. Meskipun ia
memperjuangkan kelas orang-orang tertindas sebagai referensi empiris dalam
mengembangkan teori filsafatnya.
Selama hampir setahun ia menjadi pimpinan redaksi sebuah harian radikal
1843, sesudah harian itu dilarang oleh pemerintah Prussia, ia kawin dengan
Jenny Von Westphalen, putri seorang bangsawan, dan pindah ke Paris. Di sana ia
tidak hanya berkenalan dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang akan menjadi
teman akrab dan “penerjemah” teori-teorinya melainkan juga dengan tokoh-tokoh
sosialis Perancis. Dari seorang liberal radikal ia menjadi seorang sosialis.
Beberapa tulisan penting berasal waktu 1845, atas permintaan pemerintah
Prussia, ia diusir oleh pemerintah Perancis dan pindah ke Brussel di Belgia.
Dalam tahun-tahun ini ia mengembangkan teorinya yang definitif. Ia dan Engels
terlibat dalam macam-macam kegiatan kelompok-kelompok sosialis. Bersama dengan
Engels ia menulis Manifesto Komunis yang terbit bulan Januari 1848. Sebelum
kemudian pecahlah apa yang disebut revolusi’48, semula di Perancis, kemudian
juga di Prussia dan Austria. Marx kembali ke Jerman secara ilegal. Tetapi
revolusi itu akhirnya gagal. Karena diusir dari Belgia, Marx akhirnya pindah ke
London dimana ia akan menetap untuk sisa hidupnya.
Di London mulai tahap baru dalam hidup Marx. Aksi-aksi praktis dan
revolusioner ditinggalkan dan perhatian dipusatkannya pada pekerjaan teroritis,
terutama pada studi ilmu ekonomi. Tahun-tahun itu merupakan tahun-tahun paling
gelap dalam kehidupannya. Ia tidak mempunyai sumber pendapatan yang tetap dan
hidup dari kiriman uang sewaktu-waktu dari Engels. Keluarganya miskin dan
sering kelaparan. Karena sikapnya yang sombong dan otoriter, hampir semua bekas
kawan terasing daripadanya. Akhirnya, baru 1867, terbit jilid pertama Das Kapital,
karya utama Marx yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme (jilid kedua dan
ketiga baru diterbitkan oleh Engels sesudah Marx meninggal). Tahun-tahun
terakhir hidupnya amat sepi dan tahun 1883 ia meninggal dunia.
Setidaknya filsafat Hegel mengandung hal yang bernilai seperti: teori
tentang gerak yang abadi, perkembangan dari jiwa yang universal, dan terutama
metode dialektika. Hal yang disebut terakhir inilah yang
akan dijelaskan lebih lanjut. Dialektika berarti sesuatu itu hanya benar
apabila dilihat dengan seluruh hubungannya. Dialektika bisa juga dirumuskan
sebagai teori tentang persatuan hal-hal yang bertentangan. Contoh yang tepat
untuk menjelaskan dialektika adalah dialog. Dalam setiap dialog, terdapat
sebuah tesis, yang kemudian melahirkan anti-tesis, dan selanjutnya muncul
sintesis. Proses demikian berulang terus menerus.
Hegel menyatakan bahwa hukum dialektika ini memimpin perkembangan jiwa.
Dunia menurut Hegel berada dalam proses perkembangan. Namun
ia tidak menerapkan hukum ini lebih jauh lagi kepada alam dan masyarakat. Hegel
adalah seorang idealis. Menurut Hegel, esensi kenyataan bukanlah benda
materiil, melainkan jiwa. Idealisme berpandangan metafisika bahwa realitas yang
utama adalah ide atau gagasan.
Dari pandangan Hegel tentang dialektika, Marx kemudian menyusun kembali,
membangun bangunan pemikiran yang lebih baik dari gurunya tersebut. Marx tidak
puas terhadap dialektika Hegel yang berpusat pada ide/roh. Hal ini bagi Marx
terlalu abstrak dan tidak menyentuh realitas konkret. Pengertian ini tidak
sesuai dengan tesis Karl Marx bahwa filsafat harus mengubah cara orang
bertindak. Dalam pandangannya, filsafat tidak boleh statis, tetapi harus aktif
membuat perubahan-perubahan karena yang terpenting adalah perbuatan dan materi,
bukan ide-ide. Manusia selalu terkait dengan hubungan-hubungan kemasyarakatan
yang melahirkan sejarah. Marx membalik dialektika ide Hegel menjadi dialetika
materi. Apabila Hegel menyatakan bahwa kesadaranlah yang menentukan realitas,
maka Marx mendekonstruksinya dengan mengatakan bahwa praksis materiallah yang
menentukan kesadaran.
Materialisme adalah teori yang menyatakan bahwa semua bentuk dapat
diterangkan melalui hukum yang mengatur materi dan gerak. Meterialisme berpendapat
bahwa semua kejadian dan kondisi adalah sebab akibat lazim dari
kejadian-kejadian dan kondisi-kondisi sebelumnya. Dengan demikian, materialisme
selalu memberikan penekanan bahwa materi merupakan ukuran segalanya, melalui
paradigma materi ini segala sesuatu dapat diterangkan.
Materialisme dialektis memiliki asumsi dasar bahwa benda merupakan suatu
kenyataan pokok, bahwa kenyataan itu benar-benar objektif, tidak semata berada
dalam kesadaran manusia. Konsekuensi logisnya adalah pengetahuan realitas secara
otomatis menjadi tidak bisa dipisahkan dengan kesadaran manusia. Bahkan
materialisme mengakui bahwa kenyataan berada di luar persepsi kita tentangnya,
sehingga kenyataan obyektif adalah penentu terakhir terhadap ide.
Pembalikan Marx dari idealisme Hegel ke materialisme memang tidak berarti
ia meninggalkan dialektika Hegel. Materialisme Marx adalah materialisme
dialektis yang meyakini kebudayaan akan mengalami kemajuan. Jika dalam Hegel
adalah realisasai total roh absolut, maka dalam Marx kemajuan kualitatif
tersebut berupa masyarakat tanpa kelas (masyarakat yang tidak lagi didominasi
materi). Visi Marx untuk mewujudkan masyarakat tanpa
kelas merupakan gambaran praksis dari ide dasar materialisme sosialisnya.
Sistem feodal yang tergantikan oleh sistem kapitalis telah membawa perubahan
dalam struktur ekonomi dan sosial. Marx yakin suatu saat, kapitalisme akan
menemui kehancuran dan melahirkan sintesis, komunis sebagai ideologi kekuatan
baru, masyarakat tanpa kelas.
C. Marxisme
Marxisme berawal dari tulisan-tulisan Karl Marx. Dalam arti luas, Marxisme
berarti paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Pandangan-pandangan ini mencakup ajaran Marx mengenai materialisme
dialektis dan materialisme historis serta penerapannya dalam kehidupan sosial. Marxisme lahir dari konteks masyarakat industri Eropa
abad ke-19, dengan semua ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas
bahwa/kelas buruh. Menurut analisa Marx, kondisi-kondisi dan
kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang dan merubah proses produksi
industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan struktur masyarakat
masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh kepentingan-kepentingan
kelas atas. Jadi, banyak orang yang dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya
sedikit yang mengemudikan proses produksi dan mendapat keuntungan. Karena
maksud kerja manusia yang sebenarnya adalah menguasai alam sendiri dan
merealisasikan cita-cita dirinya sendiri, sehingga terjadi keterasingan manusia
dari harkatnya dan dari buah/hasil kerjanya. Karena keterasingan manusia dari
hasi kerjanya terjadi dalam jumlah besar (kerja massa) dan global, pemecahannya
harus juga bersifat kolektif dan global.
Berbeda dengan model-model sosialisme lama, Marxisme menyatakan dirinya
sebagai “sosialisme ilmiah”. Untuk mendukung klaim tersebut, Marx mendasarkan
pada penelitian syarat-syarat objektif perkembangan masyarakat. Marx menolak
pendasaran sosialisme pda pertimbangan-pertimbangan moral. Materialisme sejarah
merupakan dasar bagi sosialisme ilmiah tersebut. Marx yakin bahwa ia telah
menemukan hukum objektif perkembangan sejarah. Objek pencarian materialisme
historis adalah hukum-hukum gerakan dan perkembangan masyarakat insani yang
paling universal. Marx menciptakan suatu pemahaman sejarah menjadi seperti
sains yang pasti dan eksak. Karena hal itulah Marx menyatakan bahwa
sosialismenya bersifat ilmiah karena berdasarkan pada pengetahuan hukum-hukum
objektif perkembangan masyarakat.
Marxisme pada hakekatnya bukanlah merupakan suatu penafsiran terhadap
perubahan proses-proses dalam masyarakat, akan tetapi merupakan sebuah terori
yang menyatakan bahwa hukum objektif perkembangan masyarakat dapat ditetapkan
sama seperti halnya penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan sehingga
bisa bersifat pasti dan universal. Dengan mengajukan sosialisme ilmiah sebagai
penerapan hukum dasar alam pada masyarakat, teori Marx seakan-akan dibenarkan
oleh ilmu-ilmu alam, karena memiliki objektivitas seperti ilmu-ilmu alam.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Filsafat Karl Marx meruapakan salah satu filsafat yang palling berpengaruh
di dalam perkembangan sejarah. Kemampuan gagasan Marx untuk berdialektika
dengan zaman, menjadikannya pemikir yang tidak pernah sepi dari kritikan dan
pujian atasnya. Namun, apapun tanggapan dunia terhadapnya, kehadirannya telah
menggerakkan kesadaran kelompok buruh, budak dan aktivis sosialis untuk
mengorganisir diri dan berjuang mewujudkan perubahan.
Pendapat Karl Marx tentang tujuan akhir berupa masyarakat tanpa kelas
sebenarnya merupakan suatu yang paradoks dengan konsep dialektis itu sendiri.
Dialektisisme merupakan sebuah proses yang terus menerus sehingga tidak akan
tercipta kemandegan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mungkin masyarakat
tanpa kelas akan terwujud? Bukankah dalam proses bermasyarakat tetap harus ada
pembagian kerja? Teori masyarakat tanpa kelas Marx memang semacam utopisme yang
penuh paradoks dalam teori-teorinya. Pandangan Marx tentang sejarah yang
saintifik telah mereduksi kemanusian. Mansia hanya menjadi korban dari
barang-barang produksi dan tidak lagi memiliki independensi.
Daftar Pustaka
Adian, Donny Gahral, 2006, Percik Pemikiran Kontemporer, Yogyakarta:
Jalasutra
Bagus, Lorens, 2000, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia
Hart, Michael H., 1992, Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah,
terj.
Mahbub Djunaedi, Jakarta: Pustaka Jaya
Rius, 2000, Marx Untuk pemula, Yogyakarta: Insist
Santoso, Listiyono, dkk., 2007, Epistemologi Kiri, Yogyakarta:
Ar-Ruz Media
Sumber http://rumahputih.net . Diakses pada 20 Oktober 2008
Suseno, Franz Magnis, 2001, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis
Ke
Perselisihan Revisionisme, Jakarta: Gramedia
Komentar