Langsung ke konten utama

Problematika BK (SMT 5)

BAB I
PENDAHULUAN

Ø  Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseling, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Dan sudah menjadi keniscayaan apabila dijumpai problematika yang mewarnai proses pelaksanaan yang melibatkan banyak hal. Akan tetapi dalam hal ini hanya akan dibahas problematika atau permasalahan yang menyangkut: kelembagaan/bimbingan dan konseling itu sendiri, peserta didik (konseli/lee) dan konselor.
Ø  Rumusan Masalah
1.      Macam – macam problematika bimbingan dan konseling ?
2.      Alternatif Pemecahan masalah dalam bimbingan dan konseling?
3.      Dalil yang berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling?

Ø  Tujuan Pembahsan
1.      Untuk mengetahui berbagai masalah yang ada didalam melaksanakan bimbingan dan konseling
2.      Untuk mengetahui pemecahan masalah dalam bimbingan dan konseling

  
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Macam – macam Problem Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Rahdzi (wordpress.com/2009) , menjelaskan bahwa problematika bimbingan dan konseling bukan diseabkan faktor eksternal, tetapi pada dasarnya bersumber dari faktor internal.
Macam – macam problematika bimbingan dan konseling itu menurut rahdzi dalam buku bimbingan dan konseling (Drs. Anas Salahudin, M.Pd.  : 2010 :225) adalah sebagai berikut :
a)      Problematika Eksternal
b)      Problematika Internal
c)      Problematika dalam Dunia Pendidikan

a)      Problematika Eksternal
1)      Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja? Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”. Jawaban ”benar”, jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka. Adapun jawaban ”tidak” jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi.
2)      Bimbingan dan Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja
Sebagian orang berpandangan bahwa BK itu ada karena adanya masalah, jika tidak ada maka BK tidak diperlukan, dan BK itu diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah saja. Memang tidak dipungkiri bahwa salah satu tugas utama bimbingan dan konseling adalah untuk membantu dalam menyelesaikan masalah. Tetapi sebenarnya juga peranan BK itu sendiri adalah melakukan tindakan preventif agar masalah tidak timbul dan antisipasi agar ketika masalah yang sewaktu-waktu datang tidak berkembang menjadi masalah yang besar.
3)      Keberhasilan layanan BK bergantung pada sarana dan prasarana
Sering kita temukan pandangan bahwa kendala dan kehebatan seorang konselor disebabkan ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan muktahir, tetapi pada hakikatnya kehebatan seorang konselor itu dinilai bukan dari faktor luarnya saja tetapi lebih kepada faktor kepribadian konselor itu sendiri.


4)      Konselor harus aktif, sedangkan klien harus/boleh pasif
Sering di temukan bahwa klien menyerahkan penyelesaian masalahnya sepenuhnya kepada konselor. Mereka menganggap bahwa itulah kewajiban konselor. Terlebih lagi, jika dalam pelayanan BK tersebut, klien harus membayar. Hal ini terjadi karena tak jarang konselor yang membuat klien menjadi sangat bergantung kepadanya. Konselor terkadang mencitrakan dirinya sebagai pemecahan masalah yang handal dan dapat di percaya. Konselor seperti ini biasanya berorientasi pada ekonomi bukan pengadian.
5)      Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera terlihat
Sering klien yang berekonomi tinggi memaksakan kehendak kepada konselor untuk menyelesaikan masalahnya secepat mungkin, tak peduli berapa pun biayanya. Pada dasarnya orang yang mampu menganalisa besar/kecil masalah dan cepat/lambatnya penanganan masalah adalah konselor karena ia memahami landasan dan kerangka teoritik BK serta mempunyai pengalaman dalam penanganan masalah yang sejenisnya.

b)      Problematika Internal
Masalah yang timbul di luar sebenarnya berasal dari para konselor itu sendiri. Pandangan para konselor yang salah tentang BK menyebabkan mereka salah langkah dalam memberikan pelayanan BK. Pandangantersebut antara lain sebagai berikut :
1)      Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater
Dalam hal – hal tertentu, memang terdapat persamaan antara pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater, yaitu sama-sama menginginkan kien terbebas dari penderitaan yang dialamainya melalui berbagai macam teknik penyelesaiannya. Kendati demikian, pekerjaan bimbingan dankonseling tidaklah persis seperti pekerjaan dokter dan psikiater. Dokter dan psikiater bekerja dengan orang sakit, sedangkan konselor dengan orang normal namun sedang mengalami masalah.
2)      Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
Masalah yang tampak “sama” setelah dikaji secara mendalam ternyata hakikatnya berbeda, sehingga cara menyelesaikannya pun berbeda. Harus di fahami bahwa setiap manusia itu berbeda ddalam kepribadian dan kemampuannya sehingga dalam penyelesaian masalah harus disesuaikan dengan keadaan klien.
3)      Bimbingan dan konseling mampu bekerja sendiri
Pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor harus bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang sedang dihadapi klien.

4)      Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat
Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal. Akan tetapi terkadang di sekolah konselor bukanlah orang yang benar-benar professional sehingga pada saat proses konseling terkesan hanya memberikan nasehat bukan memabatu konseli dalam menentukan keputusan,solusi terhadap masalahanya dan memandirikan.

c)      Problematika dalam Dunia Pendidikan
Problematika utama dalam pelaksanaan BK didunia pendidikan juga disebabkan adanya kekeliruan pandangan. Berikut ini kekeliruan-kekeliruan tersebut :
1)      Bimbingan dan konseling hanya pelengkap kegiatan pendidikan
2)      Guru bimbingan dan konseling di sekolah adalah “polisi sekolah”
3)      Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja

2.      Alternatif  Pemecahan Problem Bimbingan dan Konseling
Masalah – masalah yang melingkupi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah begitu beragam sehingga alternatif pemecahan problem tersebut harus sesuai dengan masalahnya. Nurul Muallifah dkk, dalam buku Bimbingan dan Konseling (Drs. Anas Salahudin, M.Pd.  : 2010 :231), menguraikan pendapatnya dengan tema- tema masalah, diantaranya sebagai berikut :
1)      Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah. Anggapan ini mengatakan ”barangsiapa diantara siswa-siswa melanggar peraturan dan disiplin sekolah harus berurusan dengan konselor”. Tidak jarang pula konselor sekolah diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian. Konselor ditugaskan mencari siswa yang bersalah dan diberi wewenang untuk mengambil tindakan bagi siswa-siswa yang bersalah itu (cenderung menghukum siswa yang bermasalah) . Konselor didorong untuk mencari bukti-bukti atau berusaha agar siswa mengaku bahwa ia telah berbuat sesuatu yang tidak pada tempatnya.
2)      Bimbingan dan konseling Dianggap Semata-mata sebagai Proses Pemberian Nasihat
Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka pengembangaan pribadi klien secara optimal, konselor pada umumnya harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta menyingkronisasikan upaya yang satu dan upaya lainnya sehingga keseluruhan upaya itu menjadi suatu rangkaian yang terpadu dan berkesinambungan.
3)      Bimbingan dan Konseling Dibatasi pada hanya Menangani Masalah yang Bersifat Insidental
Pada hakikatnya, pelayanan BK menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Oleh karena itu, konseor seyogyanya tidak hanya menunggu klien datang dan mengungkapkan masalahnya saja tetapi konselor pun harus terus memasyarakatkan dan secara umum memperhatikan perkembangan segenap individu.
4)      Bimbingan dan Konseling Dibatasi hanya untuk Klien-klien Tertentu saja
Bimbingan dan konseling tidak mengenal penggolongan siswa-siswa sehingga golongan siswa tertentu memperoleh pelayanan yang lebih dari golongan lainnya. Semua siswa mendapatkan hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan dan bimbingan konseling.
5)      Bimbingan dan Konseling Melayani “Orang Sakit” dan atau “Kurang Normal”
Konselor yang memiliki kemampuan tinggi akan mampu mendeteksi dan mempertimbangkan lebih jauh tentang mantap atau kurang mantapnya fungsi-fungsi yang ada pada klien sehingga dapat memutuskan apakah klien nya perlu dikirim ke dokter atau psikiater. Penanganan masalah oleh ahlinya secara tepat akan memberikan jasmani yang lebih kuat bagikeberhasilan pelayanan.
6)      Bimbingan dan Konseling Berpusat pada Keluhan Pertama saja
Pada umumnya, usaha pemberian bantuan memang diawali dengan melihat gejala-gejala dan atau keluhan pertama yang disampaikan oleh klien. Namun demikian, jika pembahasan masalah itu dilanjutkan, didalami, dandikembangkan ternyata bahwa masalah yang sebenarnya, jauh lebih luas dan lebih pelik dari pada apa yang sekedar tampak atau disampaikan itu. Bahkan kadang-kadang masalah yang sebenarnya berbeda dengan yang tampak atau dikemukakan. Usaha pelayanan seharusnya dipusatkan pada masalah yang sebenarnya. Konselor tidak boleh terpukau oleh keluhan pertama disampaikan oleh klein. Ia mampu menyelami sedalam-dalamnya masalah klien yang sebenarnya.


3.      Dalil yang Berkaitan dengan Layanan Bimbingan dan Konseling
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”.
Ayat diatas menjelaskan bahhwasannya Al- Qur’an menghendaki agar hubungan kemasyarakatan  manusia dapat berjalan dengan baik. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri, mau tidak mau manusia harus mampu berinteraksi satu sama lainnya, salah satunya ia menginginkan kehidupan sosial yang ramah, merujuk kepada tugas seorang konselor diatas bahwasannya tugas seorang konselor seharusnya bukan untuk seseorang yang sedang memiliki masalah saja tetapi alangkah baiknya seorang konselor mampu memasyarakatkan diri guna membina dan memberikan bimbingan untuk segenap manusia.


BAB III
KESIMPULAN
Bimbingan dan konseling yang melibatkan lembaga konseling ini, tentu tidak lepas dari pengaruh dinamisasi ruang dan waktu kehidupan yang senantiasa menawarkan perubahan. Oleh karenanya, agar bimbingan dan konseling ini senantiasa efektif dan berkembang lebih baik, maka problematika dan alternatif pemecahan yang ada dalam konseling tersebut harus senantiasa  diaplikasikan. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahpahaman pemaknaan yang tentu saja akan berdampak pada praktiknya. Banyaknya problem yang terjadi dalam konseling, problematika konselor kebanyakan lahir dari ketidakpahaman yang mendalam tentang konseling. Oleh karena itu, image ketiga unsur konseling harus benar-benar dibangun kembali menjadi lembaga yang benar-benar nyaman untuk sharing yang solutif berbagai macam masalah yang dihadapi peserta didik. Ketiga unsur di atas bukanlah hal yang berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terkait antara satu dan yang lain. Maka, semuanya harus dipahami secara utuh agar pelaksanaanya bisa optimal.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Sifat-Sifat Huruf

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Al-quran sebagai kitab yang berisi firman-firman Allah SWT. Sebagai umat islam sudah seharusnya kita menjaga kitab yang menjadi pedoman umat islam. Al-qur’an merupakan kalamullah maka dalah segi pembacaannya mempunyai tatacara membacanya dalam arti kata kita mengetahui ilmunya agar tidak terjadi salah arti dalam membaca Al—Qur’an serta bacaannya haruslah tartil. Atas dasar tersebut para ulama menciptakan sebuah disiplin ilmu dalam membaca Al-Qur’an yatu Ilmu Tajwid. Ilmu tajwid di dalamnya menerangkan hukum-hukum bacaan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam ilmu tajwid juga di bahas mengenai makhorijul huruf agar dalam segi pembacaannya ada perbadaan dalam semua huruf hijahiyah. Huruf hijahiyah mempunyai sifatul huruf dan sifat itulah yang membedakan masing-masing huruf hijahiyah. B.        Rumusan Masalah 1.       Ada berapa sifat-sifat huruf? 2.       Bagaimana cara mengucapkan atau melafalkan sifat-sifat huruf? BAB II

PIDATO ILMU SEPANJANG MASA

Assalamu’alaikum Wr Wb "Alhamdulillahi robbil alamin, wasshalaatu wassalaamu alaa asrafil anbiyaa' i  wal mursaliin wa'ala aalihi wasohbihi ajma'in, (amma ba'du)". “Rabbi Shohri Shodri Wayasyirli ‘Amri Wahlul Uqdatammillisani Yafqohu Qouli” ·          Kepada dewan juri yang saya hormati ·          Dan kepada hadirin yang di muliakan Allah SWT Marilah kita bersama-sama MengAgungkan Asma Allah SWT dengan memanjatkan Puji Syukur atas segala rahmat dan pengampunan_-Nya. Shalawat beserta salam semoga tetap terlimpah ruahkan kepada kita semua melalui panutan kita, sang pembawa zaman, pencerah dunia yakni Habibana Wannabiyana Muhammad SAW, dan semoga syafaatnya sampai kepada kita hingga akhir zaman. Aamiin Hadirin yang dimuliakan Allah SWT Saya berdiri di hadapan bapak dan ibu disii bukan untuk promosi bukan pula untuk berdakwah seperti layaknya kyai dan tokoh ulama negeri ini. Tapi sih kalo ada bau-bau kyai saya mau. Aamiin. Namun berdirinya saya

Makalah Peran dan Fungsi Media Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Media pembelajaran memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang kaya dan bervariasi, tidak saja membuat motivasi belajar meningkat, tetapi juga menjadikan hasil belajar lebih bermakna. Media pembelajaran dapat dimaknai sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Penggunaan media atau alat bantu disadari oleh banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas, terutama membantu dalam peningkatan prestasi belajar siswa dan membantu juga dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Namun, dalam implementasinya tidak banyak guru yang memanfaatkannya, bahkan penggunaan metode ceramah (lecture method) monoton masih cukup populer dikalangan guru da