BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Berbicara
tentang filsafat, kita harus tahu terlebih dahulu apa arti filsafat itu
sendiri. Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani: philoshophia
yang banyak diperoleh pengertian-pengertian, baik secara harfiah atau
etimologi. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, gemar, suka dan kata
sophia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan. filsafat menurut arti
katanya dapat diartikan sebagai cinta, cinta kepada ilmu pengetahuan atau
kebenaran, suka kepada hikmah juga kebijaksanaan.
Didalam
filsafat ilmu, akan kita jumpai berbagai macam hal baru yang tentunya akan
menambah wawasan keilmuan kita. Dan didalam makalah yang singkat ini akan
diterangkan mengenai Tugas dan Fungsi utama filsafat yang didalamnya terdapat
su bab tentang perspektif filsafat dengan agama bagi manusia.
Rumusan
Masalah
1.
Apa Tugas
dan Fungsi Utama Filsafat?
2.
Bagaimana
Hubungan Filsafat dengan Agama?
3.
Bagaimana
Hubungan Filsafat dengan Manusia?
4.
Bagaimana
Pandangan Filsafat Terhadap Agama Bagi Manusia?
Tujuan
Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui tugas dan tujuan/fungsi dari filsafat sendiri
2.
Untuk
lebih mengkaji dan memahami bagaimana pandangan filsafat terhadap agama
3.
Untuk
mengetahui dan memahami bagaimana hubungan Filsafat dengan Agama bagi manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Tugas dan Fungsi Utama Filsafat
Ø Tugas Filsafat
Pertama-tama, perlu diperjelas bahwa
seorang filsuf bukanlah seorang tokoh bijaksana yang dapat menjawab semua
pertanyaan yang ada di dunia. Filsuf, seharusnya mengonstruksi permasalahan dan
menemukan problem-problem baru. Filsafat yang diposisikan sebagai kumpulan
komentar etis (mana yang baik dan tidak baik) hanya menjadikannya “filsafat
salon”. Seorang filsuf, adalah orang yang menentukan permasalahan apa yang
penting untuk dibicarakan, bukan menjawab suatu permasalahan. Situasi-situasi
sejarah, politik atau seni sebagai situasi terkini muncul di hadapan seorang
filsuf sebagai tanda akan kebutuhan penemuan problem baru. Untuk memahami apa
itu situasi filosofis, ada tiga kata kunci yang berguna untuk menjadi pijakan
kita yaitu, pilihan, jarak dan eksepsi.
Dari ketiga kata kunci ini, kita
dapat mengatakan bahwa tugas filsafat adalah untuk mencari tautan antara tiga
tipe situasi: tautan antara pilihan, jarak dan eksepsi. Konsep filosofis adalah
apa yang menautkan problem atas pilihan (atau keputusan), problem atas jarak
(atau kesenjangan) dan problem atas eksepsi (atau peristiwa). Inilah kisah yang
ditawarkan oleh filsafat, untuk selalu berada dalam pengecualian, berjarak
dengan kekuasaan, dan menerima segala konsekuensi dari pilihan yang kita buat,
seberapapun asing dan sulitnya.
Pada akhirnya, filsafat mengada
bukan karena ada sesuatu di luar dirinya. Filsafat bukanlah refleksi atas
apapun. Filsafat ada, dan bisa ada karena adanya selaan, pilihan, jarak dan
peristiwa.
Ø Tujuan, Fungsi Filsafat
Menurut
Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya
dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah
kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka
tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr
Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat
memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan
pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana
menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan
kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu
kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat
di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya
dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.
Bagi
manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya,
senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab
terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun
kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan:
Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup,
melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai,
menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat
hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru,
mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan
'nation', ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Filsafat
tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang
lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang
untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual.
Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan
tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan
yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan,
pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
2.
Hubungan
Filsafat dan Agama
Filsafat dan agama adalah dua pokok
persoalan yang berbeda, namun memiliki hubungan. Agama banyak berbicara tentang
hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa, sedangkan filsafat seperti yang
dikemukakan di atas bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang
sebenarnya itu mem-punyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat.
Jika agama membincangkan tentang
eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas
bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat
menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian
filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan
keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan
apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha
memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan
kepercayaan agamanya.
Dengan demikian, filsafat tidak lagi
dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak keimanan, bahkan
sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan
makrifat tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan
ini niscaya menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap
kebenaran ajaran agama.
Isi filsafat itu ditentukan oleh
objek apa yang dipikir-kan. Karena filsafat mempunyai pengertian yang berbeda
sesuai dengan pandangan orang yang meninjaunya, akan besar kemungkinan objek
dan lapangan pembicaraan fil-safat itu akan berbeda pula. Objek yang dipikirkan
filosof adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, baik ada dalam kenyataan,
maupun yang ada dalam fikiran dan bisa pula yang ada itu dalam kemungkinan. Sehingga dalam hal ini hubungan
filsafat dengan agama adalah agama sebagai objek kajian filsafat.
Agama adalah salah satu materi yang
menjadi sasaran pembahasan filsafat. Dengan demikian, agama menjadi objek
materia filsafat. Ilmu pengeta-huan juga mempunyai objek materia yaitu materi
yang empiris, tetapi objek materia filsafat adalah bagian yang abstraknya.
Dalam agama terdapat dua aspek yang berbeda yaitu aspek pisik dan aspek metafisik. Aspek metafisik adalah
hal-hal yang berkaitan dengan yang gaib, seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan
hubungan manusia dengan-Nya, sedangkan aspek pisik adalah manusia sebagai
pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat.
3.
Hubungan Filsafat dengan Manusia
Karena
manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa bergolak dan berpikir, dan
karena situasi dan kondisi alam di mana dia hidup selalu berubah-rubah dan
penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat, yang kadang-kadang dia
tidak kuasa untuk menantang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun,
termenung, memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya. Dipandangnya
tanah tempat dia berpijak, dilihatnya bahwa segala sesuatu tumbuh di atasnya,
berkembang, berbuah, dan melimpah ruah. Segala peristiwa berlaku di atas
permukaannya. Dan didalam siang dan malamnya dia menyaksikan kebaikan dan
keburukan, kebaktian dan kejahatan, sehat dan sakit, suka dan duka, malang dan
senang, hidup dan mati, dan sebagainya, yang meliputi dan melingkupi kehidupan
manusia. Hal-hal seperti itulah yang menakjubkan manusia, menyebabkan dia
termenung, merenungkan segala sesuatu. Dia berpikir dan berpikir, sepanjang masa
dan sepanjang zaman. Dia memikirkan dirinya sebagai mikro-kosmos dan memikirkan
jagat raya sebagai makro-kosmos. Dia memikirkan juga alam ghaib, alam di balik
dunia yang nyata ini, alam metafisika. Dan diapun mulai membangun pemikiran
filsafat.
Demikian
pula dengan proses kehidupan manusia Indonesia dewasa ini. Setelah usai perang
dunia kedua, kita dipaksa oleh keadaan untuk berjuang mempertahankan
kemerdekaan yang telah kita proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dan
kitapun akhirnya merdeka penuh, seratus persen. Dari bangsa jajahan kita
menjadi bangsa merdeka. Tanggung jawab kita menjadi bertambah berat, sebab
segala urusan besar dan kecil sydah berada di tangan bangsa kita sendiri. Sakit
senang, suka duka, berat ringan tanggung jawab sudah terpikul di atas pundak
kita sendiri. Termasuk tanggung jawab kita yang berat adalah bidang pendidikan.
Banyak sekolah-sekolah dari segala jenis pendidikan harus kita adakan dari yang
rendah hingga pendidikan Universitas. Semuanya harus disesuaikan dengan suasana
baru, suasana bangsa yang merdeka, tapi dalam bidang pendidikan jauh tertinggal
dari bangsa-bangsa lain. Kurikulum harus dirubah, cara berpikir harus dirubah,
sistem, teori, dan filsafat pendidikan harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi baru, abad komputer dan teknologi maju. Meskipun dengan beban berat di
atas pundak, kita harus maju terus menuju cita-cita dan mewujudkannya menjadi
kenyataan di bumi Pertiwi kita Indonesia tercinta ini.
4.
Pandangan Filsafat
Terhadap Agama Bagi Manusia
Dari
kedua pembahasan sebelumnya diatas tentang Hubungan Filsafat dengan Agama dan
hubungan filsafat dengan manusia bisa kita tarik kesimpulan bahwasannya
pandangan filsafat terhadap agama yaitu diibaratkan seperti jiwa, seseorang
memiliki jiwa yang di cahayai oleh akal laka menjadi khalifah tuhanyang
mengatur, mengolah dan membangun ala mini, dan di alam non materi menempati
kedudukan yang mulia dan tinggi. Jiwa ini, dari sisi badan berhubungan dengan
alam rendah (materi) dan dari dimens kal yang berkaitan dengan alam tinggi.
Dengan ibarat lain, Khalifah Tuhan adalah substansi wujudnya memiliki kedudukan
rohani dan spiritual tertinggi juga berhubungan dengan derajat jasmani
terendah. Dari perumpamaan diatas bisa kita simpulkan bahwasannya jiwa manusia
secara potensial memiliki semua derajat kesempurnaan, tetapi untuk
mengaktualkan seluruh potensi yang dimilikinya niscaya memerlukan agama dan
filsafat.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
penjelasan uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Pengertian
filsafat sebagaimana mengutip yang disampaikan Ir. Poedjawijatna mengatakan bahwa
filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Artinya filsafat merupakan proses
pencarian kebenaran yang dilandaskan pada kemampuan akal.
·
Pengertian
agama sebagai yang jelaskan oleh Sidi Gazalba bahwa agama ialah kepercayaan kepada
Yang Kudus, menyatakan diri berhubungan dengan Dia dalam bentuk ritus, kultus
dan permohonan dan membentuk sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu.
·
Hubungan
filsafat dengan agama adalah saling terkait. Kaitan antara filsafat dan agama
adalah agama merupakan salah satu objek kajian filsafat dalam rangka memperoleh
kebenaran yang bersumber dari akal (logika).
·
Hubungan
Filsafat dengan Agama dan hubungan filsafat dengan manusia bisa kita tarik
kesimpulan bahwasannya pandangan filsafat terhadap agama yaitu diibaratkan
seperti jiwa, seseorang memiliki jiwa yang di cahayai oleh akal laka menjadi
khalifah tuhanyang mengatur, mengolah dan membangun ala mini, dan di alam non
materi menempati kedudukan yang mulia dan tinggi
Komentar