Langsung ke konten utama

Tafsir Kedudukan Akal dan Hawa Nafsu (SMT 4)


A. Mukaddimah
Surat Ali-Imran termasuk kedalam surat Madaniyah. Surat Ali-Imran artinya keluarga Imran, kelompok ayat ini merupakan penutup surat Ali Imran, secara garis besar Surat Ali-imran ayat 190-191 lebih membuktikan tentang tauhid, keesaan dan kekuasaan Allah SWT.
Surat Shad termasuk kedalam surat Makkiyah. Surat Shad ini tidak memiliki arti secara jelas dikarenakan ayat pertama dari surat ini termasuk kedalam ayat mutasyabihat. Secara garis besar surat Shad ayat 26 ini menjelaskan tentang tugas manusia sebagai khlaifah dibumi.
Surat Al-Mu’minun termasuk kedalam surat Makkiyah. Surat Al-Mu’minun ini memiliki arti orang-orang yang beriman. Secara garis besar surat Al-Mu’minun ayat 26 ini lebih mengutamakan al – Haqq (kebenaran/Al – Qur’an) dari pada hawa nafsu.
B. Terjemah
 Q. S. Ali-imran: 190-191
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ   tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

 Q. S. Shad: 26
ߊ¼ãr#y»tƒ $¯RÎ) y7»oYù=yèy_ ZpxÿÎ=yz Îû ÇÚöF{$# Läl÷n$$sù tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# Èd,ptø:$$Î/ Ÿwur ÆìÎ7®Ks? 3uqygø9$# y7¯=ÅÒãŠsù `tã È@Î6y «!$# 4 ¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbq=ÅÒtƒ `tã È@Î6y «!$# öNßgs9 Ò>#xtã 7ƒÏx© $yJÎ/ (#qÝ¡nS tPöqtƒ É>$|¡Ïtø:$# ÇËÏÈ  
26. Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
 Q. S. Al-mu’minun: 71
Èqs9ur yìt7©?$# ,ysø9$# öNèduä!#uq÷dr& ÏNy|¡xÿs9 ÝVºuq»yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur `tBur  ÆÎgŠÏù 4 ö@t/ Nßg»oY÷s?r& öNÏd̍ò2ÉÎ/ óOßgsù `tã NÏd̍ø.ÏŒ šcqàÊ̍÷èB ÇÐÊÈ  
71. andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.
C. Kosa Kata
Q. S. Ali-Imran: 190-191
ا لا لبا ب = Saripati
 سبحا نك= Maha Suci Engkau
Q.S. Shad: 26
خليفة = Khalifah
جا عل = Akan Menjadikan
Q. S. Al-Mu’minun: 71
ا لحق       = Kebenaran
بذ كر هم   = Peringatan
ا هواء هم  = Hawa nafsu mereka



D. Asbabun Nuzul
Q. S. Ali – Imran: 190
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang Quraisy datang kepada orang Yahudi untuk bertanya: “Mu’jizat apa yang dibawa musa kepada kalian?” mereka menjawab: “Tongkat dan tangannya terlihat putih bercahaya.“ Kemudian mereka bertanya kepada kaum Nasrani: “Mu’jizat apa yang dibawa Isa kepada kalian?” mereka menjawab: “ Ia dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir hingga dapat melihat, menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak, dan menghidupkan orang mati”. Kemudian mereka menghadap Nabi SAW dan berkata: “Hai Muhammad, coba berdo’alah engkau kepada Rabbmu agar gunung shafa ini dijadikan emas.” Lalu Rasulullah SAW berdo’a maka turunlah ayat 190 surat Ali-Imran sebagai petunjuk untuk memperhatikan apa yang telah ada, yang akan lebih besar manfaatnya bagi orang yang menggunakan akal. [Asbabun Nuzul, 2009; 124]

E. Penjelasan
Q. S. Ali – Imran: 190-191
Kelompok Ayat ini adalah penutup surat Ali-Imran.  Ini antara lain terlihat pada uraian-uraiannya bersifat umum. Dijelaskan pada ayat sebelumnya yaitu ayat 189 bahwasannya kepemilikan Allah SWT atas alam raya, disini Allah menguraikan sekelumit penciptaan-Nya itu serta memerintahkan agar memikirkannya. Uraian surat ini memiliki tujuan utama yakni membuktikan tentang tauhid , keesaan, dan kekuasaan Allah SWT.
Kata ( ا لا لبا ب) al – albab adalah bentuk jamak dari (لب ) lubb yaitu saripati sesuatu. Kacang, misalnya memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai lubb. Ulul Albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh “kulit”, yakni kabut ide, yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir. Yang merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuassaan Allah SWT.
Ayat ini mirip dengan ayat 164 surat Al – Baqarah, surat ini lebih menekankan kepada bukti-bukti yang terbentang dilangit. Ini karena bukti–bukti tersebut lebih menggugah hati dan pikiran, dan lebih cepat mengantar seseorang untuk meraih rasa keagungan Illahi. Disisi lain ayat ini ditutup dengan menyatakan bahwa yang demikian itu merupakan tanda-tanda bagi orang yang berakal.
Kemudian ayat 191 menjelaskan sebagian dari ciri-ciri siapa yang dinamai Ulul Albab, yang disebut pada ayat yang lalu. Mereka adalah orang-orang, baik lelaki maupun perempuan, yang terus menerus menngingat Allah, dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi saat bekerja ataupun istirahat, sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring atau bagaimanapun dan mereka memikirkan tentang penciptaan, yakni kejadian dan system kerja langit dan bumi setelah itu berkata sebagai kesimpulan: “Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan alam raya dan segala isinya ini dengan sia-sia, tanpa tujuan yang hak. Apa yang kami alami, atau lihat atau dengan dari keburukan atau kekurangan, Mahasuci Engkau dari semua itu. Itu adalah ulah atau dosa dan kekurangan kami yang dapat menjerumuskan kami kedalam siksa neraka, maka peliharalah kami dalam siksa neraka. Karena Tuhan kami, kami tahu dan yakin benar bahwa sesungguhnya siapa yang Engkau masukan kedalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan dia dengan mempermalukannya dihari kemudian sebagai seorang yang zalim serta menyiksanya dengan siksa yang pedih. Tidak satu pun yang dapat membelanya dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim siapapun satu penolong pun.
Diatas, terlihat bahwa objek zikir adalah Allah, sedang objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena Alam, ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berfikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam memikirkan Zat Allah. Karena itu, dapat dipahami sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn ‘Abbas, “Berpikirlah tentang makhluk Allah dan jangan berfikir tentang Allah.” [Tafsir Al–Mishbah, 2009, II; 370-372]
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,” yakni ihwal ketinggian dan keluasan langit; ihwal kerendahan dan ketebalan bumi, serta tanda-tanda yang bergerak maupun yang diam, lautan, hutan, pepohonan, barang tambang, serta berbagai jenis makanan, warna, dan bau-bauan yang bermanfaat. “serta pergantian malam dan siang” yang pergi dan datang serta susul menyusul dalam hal panjang, pendek, dan sedangnya. Semua itu merupakan penetapan dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Benar-Benar terdapat tanda kekuasaan bagi orang-orang yang berakal“ sempurna dan bersih yang dapat memahami hakikat berbagai perkara; bukan seperti orang-orang tuli dan bisu yang tidak dapat memahami, yaitu orang-orang yang dijelaskan Allah dengan, “Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) dilangit dan di bumi yang dilalui oleh mereka, sedang mereka berpaling dari-NYA. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan lainnya).
Kemudian Allah menyifati ulil-albab. Dia berfirman, “yaitu orang-orang yang mengingat Allah ketika berdiri, duduk, dan berbaring. “Dalam Shahihain ditegaskan dari Imran bin Hishin bahwa Rasulullah SAW, bersabda “Dirikanlah shalat sambil berdiri. Jika kamu tidak mampu, maka sambil duduk. Jika kamu tidak mampu, maka sambil berbaring. “Artinya, mereka tidak henti-hentinya berdzikir dalam segala kondisi, baik dengan hati maupun lisannya. “Dan mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi. “Yakni, mereka memahami ketetapan-ketetapan yang menunjukan kepada kebesaran Al–Khaliq, pengetahuan, hikmah, pilihan, dan rahmat-Nya. [Tafsir Ibn katsir, -, -; 633-638]

Q. S. Shad: 26
Kata (خليفة  ) khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Pada masa Daud as terjadi peperangan antara dua penguasa besar, Thalut dan Jalut. Daud as adalah salah satu anggota pasukan Thalut. Kepandaiannya menggunakan ketapel mengantarnya berhasil membunuh Jalut dan setelah keberhasilannya itu serta setelah meninggalnya Thalut, Allah mengangkatnya sebagai khalifah.
Dalam buku Membumikan Al–Qur’an, penulis mengemukakan bahwa terdapat persamaan antara ayat yang membicarakan Nabi Daud as diatas dengan pengangkatan Nabi Adam as sebagai khalifah. Kedua tokoh ini diangkat Allah menjadi khalifah di bumi dan keduanya dianugerahi pengetahuan. Keduanya pernah tergelincir dan keduanya memohon ampun lalu diterima permohonannya oleh Allah. Kesimpulannya, yang pertama kata khalifah digunakan Al–Qur’an untuk siapa yang diberi kekuasaan mengelola wilayah, baik luas maupun terbatas. Kedua seorang khalifah berpotensi bahkan secara actual dapat melakukan kekeliruan akibat mengikuti hawa nafsu.
Dari ayat diatas dapat dipahami juga bahwa kekhalifahan mengandung tiga unsur pokok, yaitu : pertama, manusia yakni khalifah; kedua, wilayah yaitu yang ditunjuk oleh ayat diatas; yang ketiga terdapat yang menganugerahkan tugas kekhalifahan, dalam hal ini adalah Allah SWT. [Tafsir Al Mishbah, 2009, XII; 368-370]
Ini adalah pesan dari Allah SWT kepada para penguasa agar memberikan keputusan diantara manusia dengan kebenaran yang telah diturunkan dari sisi-Nya, tidak menyimpang dari kebenaran itu. Jika menyimpang, mereka sesat dari jalan Allah. Sesungguhnya Allah telah menyatukan baginya kenabian dan kekhalifahan, kemudian Allah mengancam dia di dalam kitab-Nya, “Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah dibumi, maka berilah keputusan diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena dia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah! Dan Firman Allah SWT, “Seusungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. [Tafsir Ibn Katsir, -, -; 68-69]

Q. S. Al-Mu’minun: 71
Kata ( ا لحق) al-Haqq dalam ayat ini dapat berarti “Allah SWT”, karena salah satu dari Ashma’ al-Husna’ adalah al-Haqq. Ia dapat juga berarti “al-Qur’an” atau “Kebenaran” secara umum termasuk di dalamnya al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan demikian maksud ayat ini adalah “Seandainya ketetapan Allah berjalan mengikuti keinginan hawa nafsu orang-orang kafir, tentu tata aturan yang melandasi langit dan bumi serta makhluk-makhluk lainnya tidak akan berjalan dengan baik bahkan akan menjadi kacau.
Thabathaba’I menjelaskan hal ini bahwa menurutnya; manusia adalah satu kenyataan alam yang berkaitan wujudnya dengan wujud alam raya seluruhnya. Manusia selaku jenis makhluk tertentu, mempunyai tujuan yang pencapaiannya merupakan kebahagiaan. Allah SWT telah menetapkan bagi manusia jalan yang harus ditempuhnya guna mencapai kebahagiaan itu. Jalan itu adalah aqidah dan amal yang berakhir dengan kebahagiaan dimaksud. Jalan inilah yang dinamai agama.
Secara sederhana, dapat juga dikatakan bahwa hidup manusia sebagai individu dan masyarakat akan hancur berantakan jika masing-masing mengikuti hawa nafsu dan keinginannya. Agama dapat diibaratkan dengan peraturan lalu lintas. Jika, setiap pejalan dan pengendara mengikuti keinginannya tanpa menghiraukan etika dan peraturan lalu lintas, pastilah dimana-mana akan terjadi tabrakan dan lalu lintas pun akan mengalami kemacetan dan pengemudi serta  pengendara akan sangat terganggu lahir dan batin.
Kata (ذ كر) dzikr pada firman-Nya:( بذ كر هم) bi dzikrihim ada yang memahaminya dalam arti peringatan dan ada juga dalam arti kebanggaan. Thabathaba’I memahaminya dalam arti peringatan. Al-Qur’an adalah peringatan buat semua manusia sekaligus ia adalah kebanggaan. Ada juga yang memahami kata dzikr dalam arti kitab suci dan yang dimaksud adalah kitab yang pernah diharapkan turunnya oleh kaum musyrikin ketika mereka berkata: “Kalau sekiranya disisi kami ada dzikran, yakni sebuah kitab yang serupa diturunkan kepada orang-ornag dahulu, maka pastilah kami menjadi hamba-hamba Allah yang terpilih.” (Q. S. ash-Shaffat: 168-169). [Tafsir Al-Mishbah, 2009, VIII; 391-394]


F. Hikmah Tarbiyah
1.      Mengingatkan kita (manusia) agar selalu memohon ampun kepada Allah SWT.
2.      Tugas utama manusia di dunia adalah sebagai Khalifah.
3.      Lebih mensyukuri atas segala karunia Allah SWT.
4.      Lebih mengingatka manusia terhadap adanya hari akhir.
5.      Mengingatkan manusia agar lebih mengutamakan al-Haqq (kebenaran/Al-Qur’an) dalam kehidupannya di dunia.
6.      Mencegah manusia dari perbuatan yang melanggar aturan-aturan dalam Al-Qur’an.

G. Kesimpulan
Dengan uraian beberapa ayat Al – Qur’an tentang kedudukan akal dan hawa nafsu dalam pendidikan Islam memberikan perenungan bahwa akal dalam penjelasan diatas lebih kepada Al-Haqq (kebenaran), kedudukannya lebih utama dibandingkan hawa nafsu. Ayat-ayat diatas lebih menekankan kepada bukti-bukti penciptaan Allah sebagaimana tanda kekuasaan-Nya menjadi bukti bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki akal yang murni.

H. Referensi
Quraish Shihab, Al-Misbah Volume II, VIII, XII: 2009, -.
Ibnu Katsir, Ibnu Katsir Volume IV: -, -.

                                                               
HASIL DISKUSI
1.      Elga
Bagaimana Fungsi Akal dan Hawa Nafsu menurut Al-Qur’an? Lalu bagaimana korelasinya antara akal dan hawa nafsu tersebut?
2.      Usti
Apa maksud dari Hadits; Rasulullah SAW Bersabda, yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn Abbas, “Berfikirlah tentang makhluk Allah dan jangan berfikir tentang Allah” ?
3.      Kamaludin
Penjelasan singkat tentang uraian surat Al-Mu’minun : 71 dan kedudukan akal disini seperti apa bila dicontohkan dengan seorang pencuri, seorang pencuri mencuri itu atas dasar akal yang sadar namun tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, itu bagaimana?
4.      Diki
Jelaskan maksud dari kata Al-albab yang disini diartikan saripati sesuatu, dan apa yang dimaksud dengan kacang didalam penjelasan kata ini? Lalu siapakah yang dinamai ulu albab disini?
5.      Halimah
Jelaskan maksud dari tafsir surat Shad : 26, dan apa hubungannya dengan kedudukan akal dan hawa nafsu?
6.      Rifkya

Bagaimana kedudukan Akal, Hati dan hawa Nafsu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Sifat-Sifat Huruf

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Al-quran sebagai kitab yang berisi firman-firman Allah SWT. Sebagai umat islam sudah seharusnya kita menjaga kitab yang menjadi pedoman umat islam. Al-qur’an merupakan kalamullah maka dalah segi pembacaannya mempunyai tatacara membacanya dalam arti kata kita mengetahui ilmunya agar tidak terjadi salah arti dalam membaca Al—Qur’an serta bacaannya haruslah tartil. Atas dasar tersebut para ulama menciptakan sebuah disiplin ilmu dalam membaca Al-Qur’an yatu Ilmu Tajwid. Ilmu tajwid di dalamnya menerangkan hukum-hukum bacaan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam ilmu tajwid juga di bahas mengenai makhorijul huruf agar dalam segi pembacaannya ada perbadaan dalam semua huruf hijahiyah. Huruf hijahiyah mempunyai sifatul huruf dan sifat itulah yang membedakan masing-masing huruf hijahiyah. B.        Rumusan Masalah 1.       Ada berapa sifat-sifat huruf? 2.       Bagaimana cara mengucapkan atau melafalkan sifat-sifat huruf? BAB II

Makalah Peran dan Fungsi Media Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Media pembelajaran memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang kaya dan bervariasi, tidak saja membuat motivasi belajar meningkat, tetapi juga menjadikan hasil belajar lebih bermakna. Media pembelajaran dapat dimaknai sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Penggunaan media atau alat bantu disadari oleh banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas, terutama membantu dalam peningkatan prestasi belajar siswa dan membantu juga dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Namun, dalam implementasinya tidak banyak guru yang memanfaatkannya, bahkan penggunaan metode ceramah (lecture method) monoton masih cukup populer dikalangan guru da

PROSES BELAJAR MENGAJAR DALAM PENDIDIKAN ISLAM

KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabatnya tabiin dan tabiat hingga sampai kepada kita sebagai umatnya. Alhamdulillah pada kesempatan ini penyusun telah menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan Islam”. Sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Pada kesempatan ini penyusun sampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam, yang telah memberikan arahan sehingga tugas ini terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberikan dorongan semangat dan motivasi kepada penyusun. Penyusun menyadari bahwa dalam tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Semoga dengan adanya makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan kajian dan informasi kepada pihak-pihak yang akan mengembangkan lebih jauh untu