BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Ilmu
kedokteran tak lahir dalam waktu semalam,'' ujar Dr Ezzat Abouleish MD dalam
tulisannya berjudul Contributions of Islam to Medicine.
Studi kedokteran yang berkembang pesat di era modern ini merupakan puncak dari
usaha jutaan manusia, baik yang dikenal maupun tidak, sejak ribuan tahun silam.
Begitu pentingnya, ilmu kedokteran selalu diwariskan dari generasi ke generasi
dan bangsa ke bangsa. Cikal bakal ilmu medis sudah ada sejak dahulu kala.
Sejumlah peradaban kuno, seperti Mesir, Yunani, Roma, Persia, India, serta Cina
sudah mulai mengembangkan dasar-dasar ilmu kedokteran dengan cara sederhana.
Tapi
peradaban keilmuan, khususnya dalam bidang kedokteran yang dicapai oleh
bangsa-bangsa itu akhirnya bergeser. Zaman pertengahan, peradaban ada ditangan
Islam, dimana Ilmu pengetahuan mendapat perhatian penuh. Tidak terkecuali ilmu
kedokteran, ketika penerjemahan dilakukan secara besar-besaran. Dari kegiatan
itu, dapat dikatakan kejayaan Islam dalam keilmuan dimulai. Inilah zaman menuju
keemasan Islam, yang dalam dunia politik kekhalifahan dipegang oleh bani
Abbasiyyah.
Kontribusi
peradaban Islam dalam dunia kedokteran sungguh sangat tak ternilai. Di era
keemasannya, peradaban Islam telah melahirkan sederet pemikir dan dokter
terkemukan yang telah meletakkan dasar-dasar ilmu kedokteran modern. Dunia
Islam juga tercatat sebagai peradaban pertama yang mempunyai Rumah Sakit dan dikelola
oleh tokoh-tokoh professional. Dunia kedokteran Islam di zaman kekhalifahan
meninggalkan banyak karya yang menjadi literatur keilmuan Dunia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan ilmu kedokteran dalam
dunia Islam?
2. Siapa tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh di bidang kedokteran?
Bagaimana karya-karyanya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Ilmu Kedokteran
- Awal Perkembangan Sebelum Islam
Seperti ungkapan Dr. Ezzat Abouleist di statemen awal pendahuluan,
“Ilmu kedokteran tidak lahir dalam waktu semalam”. Keilmuan yang berkembang dan
praktek-prakteknya tidak tanpa mula. Tapi mempunyai sejarah panjang yang
dihasilkan para pendahulu hingga hasilnya dapat dilihat saat ini. Awal mula
kelahirannya dimulai pada masa peradaban Yunani. Dan bangsa-bangsa lain sekitar
pada masa itu.
Dalam peradaban Yunani, orang Yunani Kuno mempercayai Asclepius
sebagai dewa kesehatan. Pada era ini, menurut penulis Canterbury Tales, Geoffrey Chaucer, di Yunani telah
muncul beberapa dokter atau tabib terkemuka. Tokoh Yunani yang banyak
berkontribusi mengembangkan ilmu kedokteran adalah Hippocrates atau `Ypocras'
(5-4 SM). Dia adalah tabib Yunani yang menulis dasar-dasar pengobatan.
Selain itu, ada juga nama Rufus of Ephesus (1 M) di Asia Minor. Ia
adalah dokter yang berhasil menyusun lebih dari 60 risalah ilmu kedokteran
Yunani. Dunia juga mengenal Dioscorides. Dia adalah penulis risalah pokok-pokok
kedokteran yang menjadi dasar pembentukan farmasi selama beberapa abad. Dokter
asal Yunani lainnya yang paling berpengaruh adalah Galen (2 M). Ketika era
kegelapan mencengkram Barat pada abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran
diambil alih dunia Islam yang telah berkembang pesat di Timur Tengah, menurut
Ezzat Abouleish, seperti halnya lmu-ilmu yang lain.
- Pada Masa Peradaban Islam
1.
Masa Awal
Perkembangan kedokteran Islam melalui tiga periode pasang-surut.
Periode pertama dimulai dengan gerakan penerjemahan literatur kedokteran dari
Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7
hingga ke-8 Masehi. Pada masa ini, sarjana dari Syiria dan Persia secara
gemilang dan jujur menerjemahkan litelatur dari Yunani dan Syiria kedalam
bahasa Arab.
Rujukan pertama kedokteran terpelajar dibawah kekuasaan khalifah
dinasti Umayyah, yang memperkerjakan dokter ahli dalam tradisi Helenistik. Pada
abad ke-8 sejumlah keluarga dinasti Umayyah diceritakan memerintahkan
penterjemahan teks medis dan kimiawi dari bahasa Yunani ke bahasa Arab.
Berbagai sumber juga menunjukkan bahwa khalifah dinasti Umayyah, Umar ibn Abdul
Aziz (p.717-20) memerintahkan penterjemhan dari bahasa Siria ke bahasa Arab
sebuah buku pegangan medis abad ketujuh yang ditulis oleh pangeran Aleksandria
Ahrun.
Pengalihbahasaan literatur medis meningkat drastis dibawah
kekuasaan Khalifah Al-Ma'mun dari Diansti Abbasiyah di Baghdad. Para dokter
dari Nestoria dari kota Gundishpur dipekerjakan dalam kegiatan ini. Sejumlah
sarjana Islam pun terkemuka ikut ambil bagian dalam proses transfer pengetahuan
itu. Tercatat sejumlah tokoh seperti, Yuhanna Ibn Masawayah (w. 857), Jurjis
Ibn-Bakhtisliu, serta Hunain Ibn Ishak (808-873 M) ikut menerjemahkan literatur
kuno dan dokter masa awal.
Karya-karya original ditulis dalam bahasa Arab oleh Hunayn.
Beberapa risalah yang ditulisnya, diantaranya al-Masail
fi al-Tibb lil-Mutaallimin (masalah kedokteran bagi para pelajar)
dan Kitab al-Asyr Maqalat fi al-Ayn (sepuluh
risalah tentang mata). Karya tersebut berpengaruh dan sangat inovatif,
walaupun sangat sedikit memaparkan observasi baru. Karya yang paling
terkenal dalam periode awal ini disusun oleh Ali Ibn Sahl Rabban al-Tabari
(783-858), Firdaws al-Hikmah. Dengan
mengadopsi satu pendekatan kritis yang memungkinkan pembaca memilih dari
beragam praktek, karya ini merupakan karya kedokteran Arab komprehensif pertama
yang mengintegrasikan dan memuat berbagai tradisi kedokteran waktu itu.
Perkembangan tradisi dan keberagaman yang nampak pada kedokteran
Arab pertama, dikatan John dapat dilacak sampai pada warisan Helenistik. Dari
pada khazanah kedokteran India. walaupun keilmuan kedokteran India kurang
terlalu mendapat perhatian, tidak menafikan adanya sumber dan praktek berharga
yang dapat dipelajari. Warisan ilmiah Yunani menjadi dominan, khususnya
helenistik, John Esposito mengatakan “satu kesadaran atas (perlunya) lebih dari
satu tradisi mendorong untuk pendekatan kritis dan selektif “. Seperti dalam
sains Arab awal.
2.
Masa Kejayaan
Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang
begitu pesat. Sejumlah RS (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak
hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga
menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru. Tak heran, bila penelitian dan
pengembangan yang begitu gencar telah menghasilkan ilmu medis baru. Era
kejayaan peradaban Islam ini telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan
berpengaruh di dunia kedokteran, hingga sekarang. `'Islam banyak memberi
kontribusi pada pengembangan ilmu kedokteran,'' papar Ezzat Abouleish.
Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran
terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis,
dan Ibn- Maimon. Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat dengan nama Razes. Ia
pernah menjadi dokter istana Pangerang Abu Saleh Al-Mansur, penguasa Khorosan.
Ia lalu pindah ke Baghdad dan menjadi dokter kepala di RS Baghdad dan dokter
pribadi khalifah. Buku kedokteran yang dihasilkannya berjudul “Al-Mansuri” (Liber Al-Mansofis) dan “Al-Hawi”.
Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau
dikenal di Barat Abulcasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-Zahrawi
menempuh pendidikan di Universitas Cordoba. Dia menjadi dokter istana pada masa
Khalifah Abdel Rahman III. Sebagain besar hidupnya didedikasikan untuk menulis
buku-buku kedokteran dan khususnya masalah bedah.
Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul,
'Al-Tastif Liman Ajiz'an Al-Ta'lif' - ensiklopedia ilmu bedah terbaik pada abad
pertengahan. Buku itu digunakan di Eropa hingga abad ke-17. Al-Zahrawi
menerapkan cautery untuk mengendalikan pendarahan. Dia juga menggunakan alkohol
dan lilin untuk mengentikan pendarahan dari tengkorak selama membedah
tengkorak. Al-Zahrawi juga menulis buku tentang tentang operasi gigi.
Dokter Muslim yang juga sangat termasyhur adalah Ibnu Sina atau Avicenna
(980-1037 M). Salah satu kitab kedokteran fenomela yang berhasil ditulisnya
adalah Al-Qanon fi Al- Tibb atau Canon of Medicine. Kitab itu menjadi semacam
ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata. Hingga abad
ke-17, kitab itu masih menjadi referensi sekolah kedokteran di Eropa.
Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau
Averroes (1126-1198 M). Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi
sarjana di di Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum dalam
karyanya berjudul 'Al- Kulliyat fi Al-Tibb' (Colliyet). Buku itu berisi
rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul 'Al-Taisir'
mengupas praktik-praktik kedokteran.
Nama dokter Muslim lainnya yang termasyhur adalah Ibnu El-Nafis (1208
- 1288 M). Ia terlahir di awal era meredupnya perkembangan kedokteran Islam.
Ibnu El-Nafis sempat menjadi kepala RS Al-Mansuri di Kairo. Sejumlah buku
kedokteran ditulisnya, salahsatunya yang tekenal adalah 'Mujaz Al-Qanun'. Buku
itu berisi kritik dan penambahan atas kitab yang ditulis Ibnu Sina. Beberapa
nama dokter Muslim terkemuka yang juga mengembangkan ilmu kedokteran antara
lain; Ibnu Wafid Al-Lakhm, seorang dokter yang terkemuka di Spanyol; Ibnu
Tufails tabib yang hidup sekitar tahun 1100-1185 M; dan Al-Ghafiqi, seorang
tabib yang mengoleksi tumbuh-tumbuhan dari Spanyol dan Afrika.
Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan
sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan
mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan.
sampai disini, penulis tidak akan menjelaskan nasib Ilmu kedokteran masa
kemunduran Islam. Karena sudah jelas Peradaban Islam mengalami kematian. Oleh
karena itu, dalam sub-bab selanjutnya penulis akan terus menulusuri
warisan-warisan peradaban Islam berkaitan dengan bidang ini. Karena banyak
sekali warisan peradaban Islam dalam bidang kedokteran, baik itu berupa
teori-teori pengobatan, lembaga-lembaga, beserta sistemnya.
B. Tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh di bidang
kedokteran dan karya-karyanya
A.
AL-RAZI
Dunia keilmuan, khususnya kedokteran modern, harus mengakui peran
dan gagasan tokoh Islam yang satu ini. Selain seperti yang kita kenal, Ibnu
Shina yang merupakan perintis awal Ilmu kedokteran. Dia adalah Muhammad bin
Zakaria Al-Razi, atau lebih dikenal dengan nama Al-Razi. Menempati bidang ini
pada usia yang dapat dibilang sudah tidak muda lagi.
Ia lahir di Rayy, dekat Teheran, Iran, pada tahun 846 M. (w.
dikota yang sama pada tahun 925 M). Al-Razi yang bernama lengkap Abu Bakar
Muhammad Zakaria al-Razi sebagai seorang pribadi atau pemikir, dia sangat
disegani dan dihormati kalangan sarjana barat. Seperti A.J. Aberry, yang
menulis pengantar dalam buku Al-Razi, The Spiritual Physic of Rhazes
(penyembuhan rohani). Walaupun sudah menginjak usia tua, ketekunannya dalam
bidang kedokeran menghasilkan karya-karya sangat monumental. Humayun bin Ishaq
adalah gurunya di Baghdad.
Dengan karya-karya yang dihasilkan dalam bidang kedokteran,
pengabdian dan kejeniusan al-Razi diakui oleh Barat. Banyak ilmuan Barat
menyebutnya sebagai pionir terbesar dunia Islam dibidang kedokteran. “Razhes
merupakan tabib terbesar dunia Islam, dan satu yang terbesar sepanjang
sejarah”, jelas Max Mayerhof. Sementara sejarawan barat terkenal, George
Sarnton, mengomentari al-Razi , “AL-Razi dari Persia, dia juga kimiawan dan
fisikawan. Dia bisa dinyatakan salah seorang salah seorang perintis latrokimia
zaman renaisans,,,maju dibidang teori, dia memadukan pengetahuannya yang luas
melalui kebijaksanaan Hippokratis”.
Dalam karyanya, Al-Mansuri” (Liber
Al-Mansofis) Ia menyoroti tiga aspek penting dalam kedokteran, antara lain;
kesehatan publik, pengobatan preventif, dan perawatan penyakit khusus. Bukunya
yang lain berjudul 'Al-Murshid'. Dalam buku itu, Al-Razi mengupas tentang
pengobatan berbagai penyakit. Buku lainnya adalah 'Al-Hawi'. Buku yang terdiri
dari 22 volume itu menjadi salah satu rujukan sekolah kedokteran di Paris. Dia
juga menulis tentang pengobatan cacar dan cacar air dalam Kitab fil al-Jadari wal-Hasba yang merupakan catatan
pertama tentang metode diagnosis dan perawatan atas dua penyakit dan
gejal-gejalanya.
B.
IBNU
SINA
Dunia Islam memanggilnya Ibnu Sina, tapi kalangan Barat
menyebutnya dengan panggilan Avicenna. Ia merupakan seorang ilmuan, filsuf dan
dokter pada abad ke-10. Selain itu dia juga dikenal dengan penulis yang
produktif. Dan sebagian banyak tulisannya berisi tentang filsafat dan
pengobatan. Karya-karyanya membanjiri literatur modern dan mengilhami karya-karya
pemikir barat. Abu Ali Al-Hussain bin Abdullah bin Sina lahir di Afshana, dekat
kota Bukhara, Uzbeskiztan pada tahun 981 M. Kecerdasannya ditunjukkan pada usia
17 tahun, dengan tingkat kejeniusan yang sangat tinggi dia telah memahami
seluruh teori kedokteran yang ada pada saat itu dan melebihi siapun juga.
Karena kecerdasannya itu dia diangkat sebagai konsultan dokter-dokter praktisi.
Pengaruh pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya
tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Berbicara tentang
karya-karyanya, tulisannya mencapai 250 karya. Baik dalam bentuk risalah maupun
buku. Karyanya bayak dijadikan rujukan dalam bidang kedokteran oleh banyak
kalangan pemikir. Diantaranya Qanun fi Thib, dalam buku
ini berisi tentang bagaimana cara penyembuhan dan obat-obatan. Dalam dunia
Barat kitab ini diterjemahkan dengan nama The Canon of Madicine. Dan
ada pula yang menyebutnya Ensiklopedia pengobatan. Asy-Syifa, dalam buku ini berisi menganai berbagai
jenis penyakit, obatnya dan sekaligus cara pengobatannya berkaitan dengan
penyakit bersangkutan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan yang panjang lebar di atas, mengenai tema Ilmu
Kedokteran dalam Islam dapat diambil kesimpulan bahwa Khazanah Pengetahuan
Islam dalam bidang kedokteran sangat kaya dan luas. Hal itu dapat dilihat dari
karya-karya para tokoh kedokteran Islam.
Al-Razi dan Ibnu Sina adalah salah satu dari sekian banyak dokter
Islam yang menurut penulis paling berpengaruh dalam keilmuan ini. Dimana dapat
dilihat penjelasan di atas, khazanah pemikiran dan kontribusinya sangat
luas dan kaya. Dengan dasar kekhasan pemikiran kedua tokoh tersebut
penulis menempatkan bab khusus untuk membanding metode atau titik fokus dalam
kegiatan kedokterannya. Dan didapatkan suatu keharmonisan yang saling
melengkapi jika metode-metode tersebut dikaji dan diaplikasikan dengan tetap
memagang prinsib keseimbangan.
Hal itu sudah terwujud dengan melihat perkembangan kedokteran
sekarang. Seperti, cara pengobatan yang sudah maju, penemua penawar (obat) bagi
penyakit-penyakit, adanya dokter-dokter profesional dan sebagainya. Dengan ini
semua seharusnya Islam tidak hanya berbangga diri tapi dijadikan suatu
cambukkan untuk terus semangat, kreeatif dan berkerja keras dalam mengambangkan
ilmu pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Esposito, L. John.Sains-Sains Islam. Terjemahan oleh M. Khoirul Anam.2004. Jakarta: Inisiasi Press.
Sucipto,
Hery.2003. Ensiklopedi Tokoh Islam, dari Abu Bakar sampai
Nasr dan Qardhawi. Jakarta: Penerbit Hikmah.
Seyyed
Hossein, Oliver Leaman.2003. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam Bandung:
Mizan.
Komentar