SALINAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 46 TAHUN 2009 TANGGAL 31 JULI 2009
I. PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri
atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf
|
Nama
|
|
Kapital
|
Kecil
|
|
A
B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z |
a
b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z |
a
be ce de e ef ge ha i je ka el em en o pe ki er es te u ve we eks ye zet |
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri
atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
a
e* i o u |
api
enak emas itu oleh ulang |
padi
petak kena simpan kota bumi |
lusa
sore tipe murni radio ibu |
Keterangan:
*
|
Untuk
keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (') dapat digunakan jika
ejaan kata menimbulkan keraguan.
|
Misalnya:
|
|
Anak-anak
bermain di teras (téras).
|
|
Upacara
itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.
|
|
Kami
menonton film seri (séri).
|
|
Pertandingan
itu berakhir seri.
|
|
Di
mana kécap itu dibuat?
|
|
Coba
kecap dulu makanan itu.
|
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia
terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h,
j, k, l, m, n, p, q, r,
s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
Konsonan |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
b
c d f g h j k l m n p q** r s t v w x** y z |
bahasa
cakap dua fakir guna hari jalan kami - lekas maka nama pasang Quran raih sampai tali varia wanita xerox yakin zeni |
sebut
kaca ada kafan tiga saham manja paksa rakyat* alas kami tanah apa status quo bara asli mata lava hawa - payung lazim |
adab
- Abad maaf gudeg tuah mikraj politik bapak* akal diam daun siap Taufiq putar tangkas rapat - - sinar-x - juz |
Keterangan:
*
|
Huruf
k melambangkan bunyi hamzah.
|
**
|
Huruf
q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq
dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar
x).
|
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
ai
au oi |
ain
aula - |
malaikat
saudara boikot |
pandai
harimau amboi |
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan
sy masing masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf Konsonan |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
kh
ng ny sy |
khusus
ngilu nyata syarat |
akhir
bangun banyak isyarat |
tarikh
senang - arasy |
Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis
sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada
pertimbangan khusus.
F. Huruf Kapital
1.
|
Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
|
||||||||||||||
Misalnya:
Dia
membaca buku.
Apa
maksudnya?
Kita
harus bekerja keras.
Pekerjaan
itu akan selesai dalam satu jam.
|
|||||||||||||||
2.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
|
||||||||||||||
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah,
Nak!"
"Kemarin engkau terlambat," katanya.
"Besok pagi," kata Ibu, "dia akan
berangkat."
|
|||||||||||||||
3.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
|
|||
4.
|
a.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
|
|
Misalnya:
Mahaputra
Yamin
Sultan
Hasanuddin
Haji Agus
Salim
Imam
Syafii
Nabi
Ibrahim
|
|||
b.
|
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
|
||
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
|
|||
5.
|
a.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama
orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama
orang tertentu.
|
|
Misalnya:
Wakil Presiden
Adam Malik
Perdana Menteri
Nehru
Profesor
Supomo
Laksamana
Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris
Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur
Jawa Tengah
|
|||
b.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang
merujuk kepada bentuk lengkapnya.
|
||
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
|
|||
c.
|
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
|
||
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
|
|||
6.
|
a.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
|
|
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf
Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
|
|||
Catatan:
|
(1)
|
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van,
dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da
(dalam nama Portugal).
|
|
Misalnya:
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen
H. van der Giessen
Otto von Bismarck
Vasco da Gama
|
||
(2)
|
Dalam
nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf
pertama kata bin atau binti.
|
|
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Ibrahim bin Adham
Siti Fatimah binti Salim
Zaitun binti Zainal
|
b.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
|
|||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
c.
|
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
|
|||||||||
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
|
||||||||||
7.
|
a.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
|
||||||||
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
bahasa Indonesia
|
||||||||||
b.
|
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
|
|||||||||
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
|
||||||||||
8.
|
a.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
|
||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
b.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
|
Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia
I
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
|
||||||||||||||||
c.
|
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
|
||||||||||||||||
9.
|
a.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
b.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti
nama diri geografi.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
c.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika
kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
d.
|
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti
oleh nama diri geografi.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
e.
|
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan
sebagai penjelas nama jenis.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
petai cina
pisang ambon
|
||||||||||||||||
10.
|
a.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata
tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
Republik Indonesia
Departemen
Keuangan
Majelis Permusyawaratan
Rakyat
Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun
1972
Badan Kesejahteraan
Ibu dan Anak
|
||||||||||||||||||||||
b.
|
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku
|
||||||||||||||||||||||
Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari
negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf
kapital.
|
||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
|
||||||||||||||||||||||
11.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen
resmi, dan judul karangan.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Dasar-Dasar
Ilmu Pemerintahan
|
||||||||||||||||||||||
12.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah,
kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum
Perdata".
|
||||||||||||||||||||||
13.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|
||||||
Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi,
termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
|
||||||
14.
|
a.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,
dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
|
||||
Misalnya:
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
Besok Paman akan datang.
Surat Saudara sudah saya terima.
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
"Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
|
||||||
b.
|
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
|
|||||
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
|
||||||
15.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam
penyapaan.
|
|||||
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
|
||||||
16.
|
G. Huruf Miring
1.
|
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
|
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama
karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat
Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
|
|
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum
diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf
miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
|
|
2.
|
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
|
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
|
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas
tangan.
|
||
3.
|
a.
|
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan
bahasa Indonesia.
|
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani
terhadap anak.
Politik devide et impera pernah merajalela di
negeri ini.
Weltanschauung
dipadankan dengan 'pandangan dunia'.
|
||
b.
|
Ungkapan
asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan
sebagai kata Indonesia.
|
|
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik
memperoleh perlakuan khusus.
|
||
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang
akan dicetak miring digarisbawahi.
|
H. Huruf Tebal
1.
|
Huruf
tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan
lampiran.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Huruf
tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf
miring.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
Seharusnya
ditulis dengan huruf miring:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Huruf
tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta
untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kalah v 1
tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus
...; 4 tidak menyamai
mengalah
v mengaku kalah
|
mengalahkan
v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3
menganggap kalah ...
terkalahkan
v dapat dikalahkan ...
|
|
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata
yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.
|
II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu
sangat menarik.
Ibu sangat
mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak
penuh sesak.
Dia bertemu dengan
kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan
1.
|
a.
|
Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
|
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
lukisan
menengok
petani
|
||
b.
|
Imbuhan
dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau
kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
|
|
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall
|
||
2.
|
Jika
bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, Bab
III, Huruf E, Butir 5.)
|
|
Misalnya:
bertepuk
tangan
garis bawahi
menganak
sungai
sebar luaskan
|
||
3.
|
Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang
tanda hubung, Bab
III, Huruf E, Butir 5.)
|
|
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
|
||
4.
|
Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu
|
ditulis
serangkai.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
C. Bentuk Ulang
1.
|
Bentuk
ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Awalan
dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
dibesar-besarkan
memata-matai
|
||||||||||||||||||||||||||||||
(Lihat
keinggris-inggrisan Bab
I, Huruf F, Butir 7.)
|
Catatan:
Angka
2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus,
seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
|
Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2
baru.
Kami mengundang orang2 yang berminat
saja.
Mereka me-lihat2 pameran.
Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2
terbitan Jakarta.
Bajunya ke-merah2-an
|
D. Gabungan Kata
1.
|
Unsur
unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
|
||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||
2.
|
Gabungan
kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur unsurnya untuk menegaskan pertalian
unsur yang
|
bersangkutan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Gabungan
kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
E. Suku Kata
1.
|
Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
|
|
a.
|
Jika
di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
|
|
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
|
||
b.
|
Huruf
diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.
|
|
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
am-boi
|
||
c.
|
Jika
di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan
itu.
|
|
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
|
||
d.
|
Jika
di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
|
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
|
||||||||||||||||
e.
|
Jika
di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan
yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
|
||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||
2.
|
Pemenggalan
kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar
dan imbuhan atau partikel itu.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
ber-jalan
mem-bantu
di-ambil
ter-bawa
per-buat
makan-an
letak-kan
me-rasa-kan
pergi-lah
apa-kah
per-buat-an
ke-kuat-an
|
||||||||||||||||
Catatan:
|
|
||||||||||||||||||||||
3.
|
Jika
sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara
unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata
dasar. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab
III, Huruf E, Butir 2.)
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||
4.
|
Nama
orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau
lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda
pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
|
F. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab
II, Huruf D, Butir 3.)
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Dia berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di
bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan
saja persoalan yang tidak penting itu.
G. Partikel
1.
|
Partikel
lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
|
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
|
|
2.
|
Partikel
pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya
dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum
pernah datang ke rumahku.
Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di
tempat itu.
|
|
Catatan:
Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Adapun sebab
sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun
juga, tugas itu akan diselesaikannya.
Baik laki laki maupun perempuan ikut
berdemonstrasi.
Sekalipun
belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun
sederhana, rumah itu tampak asri.
|
|
3.
|
Partikel
per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
|
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.
|
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1
Januari.
|
|
Catatan:
Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis
dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab
II, Huruf I, Butir 7.)
|
H. Singkatan dan Akronim
1.
|
Singkatan
ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
a.
|
Singkatan
nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
b.
|
Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
c.
|
1)
|
Singkatan
kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
2)
|
Singkatan
gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|
|||||||||||||||||
Catatan:
Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus,
seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
|
|||||||||||||||||
d.
|
Singkatan
gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam
surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
e.
|
Lambang
kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda dengan titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
2.
|
Akronim
ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah
kata.
|
||||||||||||||||
a.
|
Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
b.
|
Akronim
nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal
kapital.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
c.
|
Akronim
bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan
huruf kecil.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|
||||||||||
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya
diperhatikan syarat-syarat berikut.
|
I. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka
dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan
angka Arab atau angka Romawi.
Angka
Arab
|
:
|
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
|
Angka
Romawi
|
:
|
I,
II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V
(5.000), M (1.000.000)
|
1.
|
Bilangan
dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau paparan.
|
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang
setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan
suara.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50
bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
|
|
2.
|
Bilangan
pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak
ada pada awal kalimat.
|
Misalnya:
Lima puluh
siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
|
|
Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
|
|
3.
|
Angka
yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca.
|
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar
rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk
mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10
triliun.
|
|
4.
|
Angka
digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b)
satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||||||
5.
|
Angka
digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Jalan Wijaya No. 14
Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169
|
||||||||||||||||||||
6.
|
Angka
digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 2: 3
|
||||||||||||||||||||
7.
|
Penulisan
bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
|
|||||||||||||||||||
a.
|
Bilangan
utuh
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
b.
|
Bilangan
pecahan
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
Catatan:
|
Misalnya:
|
||||||||||||
8.
|
Penulisan
bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
|
|||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||
9.
|
Penulisan
bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut. (Lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, Bab
III, Huruf E, Butir 5).
|
|||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||
10.
|
Bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di
dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
|
|||||||||||
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
|
||||||||||||
11.
|
Jika
bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
|
|||||||||||
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50
(sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00
(lima ribu dolar).
|
||||||||||||
Catatan:
|
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu,
dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan
di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
Catatan:
Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya)
dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa
singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
KTP-mu
SIM-nya
STNK-ku
K. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.
Siti mematuhi nasihat sang kakak.
Catatan:
Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf
kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi
dengan musuhnya.
III. PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1.
|
Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur
akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, "kaki saya sakit."
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda
titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf
dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir
dalam deretan angka atau huruf.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul
1, 35 menit, 20 detik)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu
cara berikut.
|
|
|||||||||||||
4.
|
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
|
||||||||||||
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
|
|||||||||||||
5.
|
Tanda
titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
|
||||||||||||
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan
Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai
Poestaka.
|
|||||||||||||
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada
lembaga yang bersangkutan.
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
|
||||||||||||
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000
orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
|
|||||||||||||
Catatan:
|
|
|||||||||
7.
|
Tanda
titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
|
B. Tanda Koma (,)
1.
|
Tanda
koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
|
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus
memerlukan prangko.
Satu, dua, ... tiga!
|
|
2.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan,
sedangkan, dan kecuali.
|
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang
memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya
suka membaca puisi
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal
di luar kota.
|
|
3.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
|
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca
buku.
|
|
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang
luas.
|
|
4.
|
Tanda
koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
|
Misalnya:
|
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi,
wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
Meskipun begitu,
dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
|
|
Catatan:
Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena
itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu,
dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf.
|
|
5.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah,
aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai
sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang
terdapat di dalam kalimat.
|
Misalnya:
O,
begitu?
Wah, bukan
main!
Hati hati, ya, jalannya licin.
Mas, kapan
pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?
Kue ini enak, Bu.
|
|
6.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
|
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena
lulus ujian."
|
|
7.
|
Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
|
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
|
|
8.
|
Tanda
koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
|
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan
Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.
|
|
9.
|
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
|
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional.
Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional.
Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia.
Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan
Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
|
10.
|
Tanda
koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
|
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat
Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk
Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
|
|
11.
|
Tanda
koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
|
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, S.H.
Siti Aminah, S.E., M.M.
|
|
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti
Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
|
|
12.
|
Tanda
koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
|
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
|
|
Catatan:
Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai
dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen.
|
|
13.
|
Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)
|
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang
laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan,
mengikuti latihan paduan suara.
|
|
Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya
tidak diapit dengan tanda koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
|
|
14.
|
Tanda
koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
|
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan
bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
|
|
Bandingkan
dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara
ini dalam
|
pengembangan kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
|
C. Tanda Titik Koma (;)
1.
|
Tanda
titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
|
||||||||
Misalnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang
baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di
ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar
menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku.
|
|||||||||
2.
|
Tanda
titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang
berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
|
||||||||
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
|
|||||||||
3.
|
Tanda
titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila
unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
|
||||||||
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan
kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan
bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program
kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
|
D. Tanda Titik Dua (:)
1.
|
Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian
atau pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup
atau mati.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau
pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan
Ekonomi Perusahaan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
3.
|
Tanda
titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
|
|||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
4.
|
Tanda
titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan
ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
|
|||||||||
Misalnya:
Horison,
XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
|
E. Tanda Hubung (-)
1.
|
Tanda
hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
|
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga ca-
ra
baru ....
Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga-
ding
yang takretak.
|
|
2.
|
Tanda
hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran
dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
|
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur
panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur
kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahan-
an
yang canggih.
|
|
3.
|
Tanda
hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
|
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
|
|
4.
|
Tanda
hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata
yang dieja satu-satu.
|
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
|
|
5.
|
Tanda
hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
|
Misalnya:
|
ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab
sosial dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan
besok.
|
|||||||||||||
Bandingkan
dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda
hubung dipakai untuk merangkai:
|
||||||||||||
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
alat pandang-dengar
|
|||||||||||||
7.
|
Tanda
hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
|
||||||||||||
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
|
F. Tanda Pisah (–)
1.
|
Tanda
pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat.
|
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau
berusaha keras.
|
|
2.
|
Tanda
pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
|
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah
Pemuda–harus terus ditingkatkan.
|
|
3.
|
Tanda
pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.
|
Misalnya:
Tahun 1928–2008
Tanggal 5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
|
|||||||
Catatan:
|
G. Tanda Tanya (?)
1.
|
Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
|
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
|
|
2.
|
Tanda
tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
|
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
|
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1.
|
Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
|
||||
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya
akan segera kami lakukan.
|
|||||
2.
|
Tanda
elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
|
||||
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
|
|||||
Catatan:
|
|
J. Tanda Petik (" ")
1.
|
Tanda
petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah
bahasa Indonesia. "
Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
"Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda
petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku
itu.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap
Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat
Madani.
Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah "Pembentukan
Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda
petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan
ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama "cutbrai".
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1.
|
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan
lain.
|
||||||||
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku,
'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
|
|||||||||
2.
|
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
|
||||||||
Misalnya:
|
|||||||||
3.
|
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah
atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
|
||||||||
Misalnya:
|
L. Tanda Kurung (( ))
1.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
|
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
|
|
Catatan:
Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu
bentuk singkatnya.
|
|
Misalnya:
Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk
(KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
|
|
2.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
|
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama
tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru pasar dalam negeri.
|
|
3.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
|
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
|
|
4.
|
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.
|
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b)
biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
|
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
|
|||||||||||||
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka
atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
|
|||||||||||||
Misalnya:
Kemarin kakak saya membeli
Dia senang dengan mata pelajaran
|
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1.
|
Tanda
kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
|
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh
pada hari Selasa.
|
|
2.
|
Tanda
kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
|
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di
dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
|
N. Tanda Garis Miring (/)
1.
|
Tanda
garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
|
||||||
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
|
|||||||
2.
|
Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk
membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan
naskah.
|
O.
Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Dia
'kan sudah kusurati.
|
('kan = bukan)
|
Malam
'lah tiba.
|
('lah = telah)
|
1
Januari '08
|
('08 = 1988)
|
IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa
Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun
dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan
Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle
cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih
mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya
disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar
bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah
sebagai berikut.
a (ain Arab dengan a) menjadi 'a
'asr
|
asar
|
sa'ah
|
saat
|
manfa'ah
|
manfaat
|
' (ain Arab) di akhir suku kata
menjadi k
ra'yah
|
rakyat
|
ma'na
|
makna
|
ruku'
|
rukuk
|
aa
(Belanda) menjadi a
paal
|
pal
|
baal
|
bal
|
octaaf
|
oktaf
|
ae
tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe
|
aerob
|
aerodinamics
|
aerodinamika
|
ae,
jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin
|
hemoglobin
|
haematite
|
hematit
|
ai
tetap ai
trailer
|
trailer
|
caisson
|
kaison
|
au
tetap au
audiogram
|
audiogram
|
autotroph
|
autotrof
|
tautomer
|
tautomer
|
hydraulic
|
hidraulik
|
caustic
|
kaustik
|
c
di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel
|
kalomel
|
construction
|
konstruksi
|
cubic
|
kubik
|
coup
|
kup
|
classification
|
klasifikasi
|
crystal
|
kristal
|
c
di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central
|
sentral
|
cent
|
sen
|
cybernetics
|
sibernetika
|
circulation
|
sirkulasi
|
cylinder
|
silinder
|
coelom
|
selom
|
cc
di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation
|
akomodasi
|
acculturation
|
akulturasi
|
acclimatization
|
aklimatisasi
|
accumulation
|
akumulasi
|
acclamation
|
aklamasi
|
cc
di muka e dan i menjadi ks
accent
|
aksen
|
accessory
|
aksesori
|
vaccine
|
vaksin
|
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan
menjadi k
saccharin
|
sakarin
|
charisma
|
karisma
|
cholera
|
kolera
|
chromosome
|
kromosom
|
technique
|
teknik
|
ch
yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon
|
eselon
|
machine
|
mesin
|
ch
yang lafalnya c menjadi c
chip
|
cip
|
voucher
|
vocer
|
China
|
Cina
|
ck
menjadi k
check
|
cek
|
ticket
|
tiket
|
ç
(Sanskerta) menjadi s
çabda
|
sabda
|
çastra
|
sastra
|
d
(Arab) menjadi d
darurat
|
darurat
|
fardu
|
fardu
|
hadir
|
hadir
|
e
tetap e
effect
|
efek
|
description
|
deskripsi
|
synthesis
|
sintesis
|
ea
tetap ea
idealist
|
idealis
|
habeas
|
habeas
|
ee
(Belanda) menjadi e
stratosfeer
|
stratosfer
|
systeem
|
sistem
|
ei
tetap ei
eicosane
|
eikosan
|
eidetic
|
eidetik
|
einsteinium
|
einsteinium
|
eo
tetap eo
stereo
|
stereo
|
geometry
|
geometri
|
zeolite
|
zeolit
|
eu
tetap eu
neutron
|
neutron
|
eugenol
|
eugenol
|
europium
|
europium
|
f
(Arab) menjadi f
faqīr
|
fakir
|
mafhum
|
mafhum
|
saf
|
saf
|
f
tetap f
fanatic
|
fanatik
|
factor
|
faktor
|
fossil
|
fosil
|
gh
menjadi g
sorghum
|
sorgum
|
gue menjadi ge
igue
|
ige
|
gigue
|
gige
|
h
(Arab) menjadi h
hakim
|
hakim
|
tahmid
|
tahmid
|
ruh
|
roh
|
i
pada awal suku kata di muka vokal tetap i
iambus
|
iambus
|
ion
|
ion
|
iota
|
iota
|
ie
(Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek
|
politik
|
riem
|
rim
|
ie
tetap ie jika lafalnya bukan i
variety
|
varietas
|
patient
|
pasien
|
efficient
|
efisien
|
kh
(Arab) tetap kh
khusus
|
khusus
|
akhir
|
akhir
|
ng
tetap ng
contingent
|
kontingen
|
congres
|
kongres
|
linguistics
|
linguistik
|
oe
(oi Yunani) menjadi e
oestrogen
|
estrogen
|
oenology
|
enologi
|
foetus
|
fetus
|
oo
(Belanda) menjadi o
komfoor
|
kompor
|
provoost
|
provos
|
oo
(Inggris) menjadi u
cartoon
|
kartun
|
proof
|
pruf
|
pool
|
pul
|
oo
(vokal ganda) tetap oo
zoology
|
zoologi
|
coordination
|
koordinasi
|
ou
menjadi u jika lafalnya u
gouverneur
|
gubernur
|
coupon
|
kupon
|
contour
|
kontur
|
ph
menjadi f
phase
|
fase
|
physiology
|
fisiologi
|
spectograph
|
spektograf
|
ps
tetap ps
pseudo
|
pseudo
|
psychiatry
|
psikiatri
|
psychic
|
psikis
|
psychosomatic
|
psikosomatik
|
pt
tetap pt
pterosaur
|
pterosaur
|
pteridology
|
pteridologi
|
ptyalin
|
ptialin
|
q
menjadi k
aquarium
|
akuarium
|
frequency
|
frekuensi
|
equator
|
ekuator
|
q
(Arab) menjadi k
qalbu
|
kalbu
|
haqiqah
|
hakikah
|
haqq
|
hak
|
rh
menjadi r
rhapsody
|
rapsodi
|
rhombus
|
rombus
|
rhythm
|
ritme
|
rhetoric
|
retorika
|
s
(Arab) menjadi s
salj
|
salju
|
asiri
|
asiri
|
hadis
|
hadis
|
s
(Arab) menjadi s
subh
|
subuh
|
musibah
|
musibah
|
khusus
|
khusus
|
sc
di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium
|
skandium
|
scotopia
|
skotopia
|
scutella
|
skutela
|
sclerosis
|
sklerosis
|
scriptie
|
skripsi
|
sc
di muka e, i, dan y menjadi s
scenography
|
senografi
|
scintillation
|
sintilasi
|
scyphistoma
|
sifistoma
|
sch di muka vokal menjadi sk
schema
|
skema
|
schizophrenia
|
skizofrenia
|
scholasticism
|
skolastisisme
|
t
di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio
|
rasio
|
actie
|
aksi
|
patient
|
pasien
|
t
(Arab) menjadi t
ta'ah
|
taat
|
mutlaq
|
mutlak
|
Lut
|
Lut
|
th
menjadi t
theocracy
|
teokrasi
|
orthography
|
ortografi
|
thiopental
|
tiopental
|
thrombosis
|
trombosis
|
methode
(Belanda)
|
metode
|
u
tetap u
unit
|
unit
|
nucleolus
|
nukleolus
|
structure
|
struktur
|
institute
|
institut
|
ua
tetap ua
dualisme
|
dualisme
|
aquarium
|
akuarium
|
ue
tetap ue
suede
|
sued
|
duet
|
duet
|
ui
tetap ui
equinox
|
ekuinoks
|
conduite
|
konduite
|
uo
tetap uo
fluorescein
|
fluoresein
|
quorum
|
kuorum
|
quota
|
kuota
|
uu
menjadi u
prematuur
|
prematur
|
vacuum
|
vakum
|
v
tetap v
vitamin
|
vitamin
|
television
|
televisi
|
cavalry
|
kavaleri
|
w
(Arab) tetap w
jadwal
|
jadwal
|
marwa
|
marwa
|
taqwa
|
takwa
|
x
pada awal kata tetap x
xanthate
|
xantat
|
xenon
|
xenon
|
xylophone
|
xilofon
|
x
pada posisi lain menjadi ks
executive
|
eksekutif
|
taxi
|
taksi
|
exudation
|
eksudasi
|
latex
|
lateks
|
xc
di muka e dan i menjadi ks
exception
|
eksepsi
|
excess
|
ekses
|
excision
|
eksisi
|
excitation
|
eksitasi
|
xc
di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation
|
ekskavasi
|
excommunication
|
ekskomunikasi
|
excursive
|
ekskursif
|
exclusive
|
eksklusif
|
y
tetap y jika lafalnya y
yakitori
|
yakitori
|
yangonin
|
yangonin
|
yen
|
yen
|
yuan
|
yuan
|
y
menjadi i jika lafalnya i
yttrium
|
itrium
|
dynamo
|
dinamo
|
propyl
|
propil
|
psychology
|
psikologi
|
z
tetap z
zenith
|
zenit
|
zirconium
|
zirkonium
|
zodiac
|
zodiak
|
zygote
|
zigot
|
z
(Arab) menjadi z
zalim
|
zalim
|
hafiz
|
hafiz
|
Konsonan ganda menjadi tunggal,
kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
gabbro
|
gabro
|
accu
|
aki
|
effect
|
efek
|
commission
|
komisi
|
ferrum
|
ferum
|
salfeggio
|
salfegio
|
ummat
|
umat
|
tammat
|
tamat
|
Tetapi:
mass
|
massa
|
Catatan:
1.
|
Unsur
serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak
perlu lagi diubah.
|
Misalnya:
bengkel,
kabar, nalar, paham, perlu, sirsak
|
|
2.
|
Sekalipun
dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai
bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu
diindonesiakan menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu
dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan
istilah khusus.
|
Di samping pegangan untuk penulisan
unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini didaftarkan juga akhiran-akhiran
asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai
bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi
diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
-aat (Belanda) menjadi -at
|
-age menjadi -ase
|
|||||||||||
-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal (Belanda)
menjadi -al
|
|||||||||||
-ant menjadi -an
|
|||||||||||
-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki
|
|||||||||||
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
|
|||||||||||
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
|
|||||||||||
-eel (Belanda) menjadi -el
|
|||||||||||
-ein tetap -ein
|
|||||||||||
-i (Arab) tetap -i
|
|||||||||||
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica
(Belanda) menjadi -ik, -ika
|
|||||||||||
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
|
|||||||||||
-ical, -isch (Belanda) menjadi -is
|
|
|||||||||
-ile, -iel menjadi -il
|
|||||||||
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme
|
|||||||||
-ist menjadi -is
|
|||||||||
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
|
|||||||||
-iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah
|
|||||||||
-logue menjadi -log
|
|||||||||
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi
|
|||||||||
-loog (Belanda) menjadi -log
|
|||||||||
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
|
|||||||||
-oir(e) menjadi -oar
|
|||||||||
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
|
|||||||||
-or tetap -or
|
|||||||||
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
|
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
|
MENTERI
PENDIDIKAN NASIONAL,
|
|
TTD
|
|
BAMBANG
SUDIBYO
|
Salinan sesuai dengan aslinya
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
Komentar