PENDAHULUAN
BAB I
Pendidikan
merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya
dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila
kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi
pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai
dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Metode
dalam pendidikan islam merupakan suatu metode yang khas dan tersendiri, baik
dari segi alat-alat maupun segi tujuan-tujuannya, dengan suatu bentuk yang
nyata dan menarik perhatian serta membangkitkan minat untuk memiliki sumber
ideologinya yang khas dalam perjalanan sejarah. Ruang lingkup dan keleluasaan
system pendidikan islam tidak boleh keluar dari keterpaduan tujuan dan cara.
Didalam sistem pendidikan islam terdapat satu cara dan satu tujuan untuk dapat
menyatukan kepribadian yang pecah untuk dapat mencapai satu tujuan yang lurus
dan bulat. Inilah keistimewaan dari sistem pendidikan islam yang berbeda dengan
sistem pendidikan buatan manusia yang pada umumnya memiliki tujuan yang relatif
sama meskipun alat-alat yang digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut
berbeda-beda sesuai dengan pengaruh lingkungan dan kondisi sejarah, sosial,
politik dan sebagainya.Sistem pendidikan buatan manusia pada umumnya bermuara
dalam suatu tujuan pendidikan yaitu membentuk “ nasionalisme sejati “.
Sedangkan islam, tidak mengurung dirinya pada batas-batas yang sempit itu dan
tidak hanya berusaha membentuk “ nasionalis sejati “ akan tetapi berusaha untuk
mewujudkan suatu tujuan yang lebih besar dan menyeluruh, yaitu membentuk “
manusia sejati”.
Islam dalam
membentuk manusia yang baik itu tidak membiarkan manusia berada dalam
kebimbangan dan terus menerus berjalan didalam kegelpan, dimana masing-masing
membentuk dirinya menurut kemauannya sendiri. Akan tetapi islam menetapkan
ciri-ciri manusia secara cermat dan jelas, serta menggaris strategi yang dapat
mengantarkan mereka untuk mencapai tujuan itu
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Pengertian pendidik adalah
orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak
didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan.
Pendidik Islam ialah Individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami
dalam situasi pendidikan islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Langgulung (1997),
pendidikan Islam tercakup dalam delapan pengertian, yaitu At-Tarbiyyah
Ad-Din (Pendidikan keagamaan), At-Ta’lim fil Islamy (pengajaran keislaman),
Tarbiyyah Al-Muslimin (Pendidikan orang-orang islam), At-tarbiyyah fil Islam
(Pendidikan dalam islam), At-Tarbiyyah ‘inda Muslimin (pendidikan dikalangan
Orang-orang Islam), dan At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah (Pendidikan Islami).
Pendidik Islam ialah
Individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami dalam situasi
pendidikan islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Para ahli pendidikan
lebih menyorotiistilah-istilah dari aspek perbedaan antara tarbiyyah dan
ta’lim, atau antara pendidikan dan pengajaran. Dan dikalangan penulis
Indonesia, istilah pendidikan biasanya lebih diarahkan pada pembinaan watak,
moral, sikap atau kepribadian, atau lebih mengarah kepada afektif, sementara
pengajaran lebih diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau menonjolkan
dimensi kognitif dan psikomotor.
Pengertian pendidikan
bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan
sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu
seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap
hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis)
maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah
peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah
berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada
salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan
atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al Qur’an
dan Sunnah (Hadist).
PROFESIONALISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM
1.
Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme
berasal dari kata profesi yang artinya riwayat; pekerjaan; pekerjaan
tetap; pencaharian, pekerjaan yang merupakan sumber penghidupan.
Menurut
bahasa profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(ketrampilan, kejujuran, dsb.) sedang menurut istilah bahwa profesi adalah
merupakan seorang yang menampilkan suatu tugas yang mempunyai tingkat kesulitan
dan mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan cukup lama untuk
menghasilkan pencapaian pendidikan kemampuan ketrampilan dan pengetahuan berkadar
tinggi.
2.
Gambaran Umum Tentang Profesionalisme
Profesionalisme,
pada prinsipnya pembedahan ulang atas satu benih diskusi yang sudah ada selama
manusia bertumbuh dalam kesadaran akan berbagai realitas diluar dirinya. Jadi,
benih profesionalisme sebetulnya sudah ada sejak manusia dilahirkan sebagai
pribadi unik, mempunyai bakat dan kemampuan berbeda dengan orang lain. Sejak
itu seorang manusia disiapkan menjadi tenaga professional yang cocok dengan
bakat dan kemampuannya. Menurut penulis, ini sejalan dengan maksud dari firman
Allah swt dalam surah Al-An’am ayat 135 sebagai berikut :
Artinya : Katakanlah (Wahai Muhammad): "Wahai kaumku , buatlah sedaya upaya
kamu, Sesungguhnya Aku juga tetap beramal (berusaha Dengan bersungguh-sungguh
untuk mempertahankan Islam); kemudian kamu akan ketahui siapakah Yang akan
beroleh kebaikan dan kejayaan di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang Yang zalim
itu tidak akan berjaya.
Hal tersebut
tidak bisa dimodifikasi menjadi professional dalam segala bidang kehidupan
manusia. Manusia sudah ditakdirkan untuk menjadi ahli dalam bidang tertentu.
Benih
profesionalisme bertumbuh kian besar dan kokoh. Ilmu-ilmu menjadi kian
terspesialisasi dan menuntut dikuasai dengan kamampuan khusus. Dia membangun
batas-batas dalam hal metode kerja dan tidak boleh dilanggar kedaulatannya
apalagi dicampurbaurkan dengan metode dan cara kerja ilmu lain. Karena itu,
sebagai manusia jarang, bahkan tidak mungkin, menguasai semua ilmu yang ada. Ia
hanya bisa menjadi ahli bidang ilmu tertentu.
Dalam dunia
modern, benih profeionalisme amat kuat dan merasuki seluruh laisan
masyarakat. Setiap manusia sadar bahwa dirinya menjadi professional hanya dalam
bidang tertentu. Ia menyadari keterbatasannya. Semikianlah profesionalisme
merupakan kesadaran diri manusia sebagai makhluk terbatas dan menjadi sahabat
manusia modern.
Tuntutan
profesionalisme juga mempengaruhi atmosfer pendidikan didalamnya. Dunia
pendidikan terdorong menghasilkan ahli-ahli yang profesional dalam bidang
khusus. Suatu system pendidikan dikatakan baik dan bermutu apabila memberi
peluang besar bagi pembentukan tenaga profesional. System itu harus
menghasilkan out put yang bisa secara benar menyandang profesi profesi tertentu
dan menyiapkan peserta didik untuk karier tertentu.
Profesionalisme Pendidik dalam Pendidikan Islam
Dalam Islam,
setiap pekarjaan harus dilakukan secara profesional. Dalam arti harus dilakukan
dengan benar. Itu hanya bisa dilakukan oleh orang ahli.
Penerapan
paham profesionalisme ini akan menghasilkan efek yang berganda.
Pertama,
dengan meningkatkan profesionalisme akan mendapatkan pendidikan yang lebih
bermutu. Penigkatan itu akan dinikmati oleh masyarakat dan pada gilirannya mutu
masyarakat muslim juga akan meningkat.
Kedua,
karena mutu yang baik maka peminat memasuki lembaga pendidikan itu juga akan
meningkat. Mahasiswa atau murid akan meningkat jumlahnya. Kesempatan mendidik
umat dalam jumlah besar muncul.
Ketiga,
dari mahasiswa atau murid yang banyak itu akan masuk uang yang lebih banyak.
Dari uang yang banyak itu kita dapat menggunakannya –sebagian- untuk lebih
meningkatkan mutu. Jelaslah, penerapan profesionalisme akan menimbulkan suatu
sinergi kearah lebih baik. Sinergi ini perlu dipahami karena selama ini
seringkali pengelola sekolah bingung dari mana harus dimulai untukmeningkatka
mutu pendidikan.
Guru adalah
pendidik, yakni bapak rohani umat dalam jumlah besar muncul(spiritual father)
bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak
mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu, pendidik
mempunyai kedudukan tinggi dalam Islam. Dalam perkembangan berikutnya,
paradigma pendidik tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi sekaligus
sebagai teladan bagi peserta didik yang secara langsung atau tidak memberikan
nilai-nilai akhlak sehingga nantinya menjadi panutan peserta didik didalam
kesehariannya. Artinya pendidik tidak hanya mentransper pengetahuan saja tetapi
juga bertangung jawab atas pengelolaan, fasilitator, dan perencanaan. Maka dari
penjelasan diatas, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan disimpulkan
sebagai berikut;
1. Sebagai
pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan
melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan
penelitian setelah program dilakukan.
2. Sebagai
pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaa dan
kepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah swt. Menciptakannya.
3. Sebagai
pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri, peserta
didik, dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut
upaya pengerahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi
atas program pendidikan yang dilakukan.
Guru tidak
bisa dipisahkan dengan ilmu pengetahuan, sedangkan Islam amat menghargai
pengetahuan. Penghargaan Islam terhadap ilmu tergambar dalam -arti lain-
hadis-hadis yang artinya yang disimpulkanm sebagai berikut sebagaimana dikutip
dari buku Asama Hasan Fahmi (1979;165) :
o Tinta ulama
lebih berharga dari pada darah syuhada
o Orang
berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadat, yang berpuasa dan
menghabiskan malamnya untuk mengerjakan shalat, bahkan melebihi kebaikan orang
yang berperang dijalan Allah,
o Apabila
meninggal seorang alim, maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak dapat
diisi kecuali oleh seorang alim yang lain.
Dari
penjelasan diatas, bisa kita simpulkans bahwa
seorang pendidik dalam kedudukannya di Islam
sangat mulia bahkan oleh sebagian pendapat mengatakan bahwa kedudukan pendidik
satu tinggat dibawah para Nabi dan Rasul. Namun tidak hanya
kedudukan yang dikejar, tetapi lebih dari itu, seorang pendidik
harus mampu menjadi the graet individualis yang
mempunyai SDM dan menjadi panutan buat peserta didik. Seiring dengan tuntutan
profesionalisme, maka profesionalisme tidak bisa dipisahkan dengan kualitas
(mutu).
Pendidikan
(secara umum) dikatakan bermutu jika out put mempunyai kualitas :
·
Cerdas
pandai
·
Terampil
·
Kepribadian
terpuji
·
Berwawasan
luas
·
Berdedikasi
·
Kreatif
·
Jujur dan
adil
·
Beretos
kerja/kerja keras
·
Memiliki
kepekaan social
·
Terpercaya
dari masyarakat.
Dalam
meningkatkan pendidikan bermutu maka kualiatas guru juga harus ditingkatkan,
peningkatan tersebut diantaranya:
·
Pendidikan
guru
·
Pengetahuan
guru terhadap pelajaran dan pembelajaran
·
Pengalaman guru
·
Guru
inspiratif dan kreatif atau inovatif
·
Pembinaan
profesi jabatan guru ditata dalam suatu system yang integral
Indikator-indikator
tersebut adalah tuntutan profesionalisme yang akan menghasilkan mutu pendidikan
sebagaimana yang diharapkan.
PENDIDIKAN DALAM RUMAH TANGGA
A. KELUARGA
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Keluarga, menurut pandangan Islam, tidak hanya sebagai tempat berkumpulnya
suami, istri dan anak. Lebih dari itu, keluarga memiliki fungsi dan peranan
yang signifikan dalam menentukan nasib suatu bangsa. Allah menegaskan bahwa
kerugian terbesar pada hari kiamat nanti adalah ketika kita kehilangan keluarga
yang kita sayangi. Allah berfirman :
Dan kamu
akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam Keadaan tunduk karena (merasa)
hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu. dan orang-orang yang beriman
berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang
kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan) keluarga mereka pada hari
kiamat. Ingatlah, Sesungguhnya orang- orang yang zalim itu berada dalam azab
yang kekal. (QS Asy Syuura: 45).
Perbaikan keluarga dalam segala hal haruslah menjadi prioritas utama sebelum
kita memprioritaskan yang lain, Kualitas keluarga yang sesungguhnya bukan hanya
sekedar baik nilai ujian atau yang lainnya. Ada tiga hal yang harus
diperhatikan oleh orang tua sebagai konsep dasar apabila kita tidak ingin
kehilangan keluarga kelak di akhirat.
a. Menanamkan nilai-nilai ketauhidan
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menanamkan kebiasaan untuk saling
menasihati.
c. Memperbanyak doa kepada Allah
memohon kebaikan dan keberkahan dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, Jusuf Muzakkir, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan
Dalam Persfektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan
Islam, Integrasi Jasmani,Rohani dan Kalbu memanusiakan manusia,
Bandung;Remaja RosdaKarya,2006
Awwad,
Jaudah Muhammad. 1995. Mendidik Anak Secara Islam. Jakarta: Gema Insani
Press.
Ibrahim,
Abdullah Mun’in. 2005. Mendidik Anak Perempuan. Jakarta: Gema Insani
Press.
Komentar