Langsung ke konten utama

Filsafat ( Pola Pikir Filsafat memastikan adanya Tuhan)



BAB I
PENDAHULUAN

·         Latar Belakang Masalah
Filsafat apabila ditinjau dari segi gramatikalnya, maka filsafat itu merupakan disiplin ilmu yang telah ada dan berkembang mulai manusia mengenal Tuhan. Karena maksud dari filsafat itu sendiri bisa diartikan sebagai cara atau alat dalam mengenal Tuhan. Sekalipun di sana Ibnu Arabi mengartikan filsafat sebagai ilmu atau jalan untuk lebih mengenal Tuhan dari bentuk yang nyata( wujud), sedangkan ilmu kalam menurutnya merupakan jalan untuk mengenal Tuhan dari segala segi yaitu sifat-sifat Tuhan secara mendalam. Itulah pernyataan Ibnu Arabi ketika dia mengkorelasikan antara ilmu kalam dan filsafat.

Jadi, jika memaknai filsafat sebagai sebuah disiplin ilmu, maka hukum mempelajarinya adalah wajib sebagaimana ilmu-ilmu yang lain. Akan tetapi jika memaknai filsafat sebagai sebuah bentuk pola pikir, maka dalam mempelajarinya harus bisa memilah dan memilih serta mengkondisikan dengan nilai keimanan yang ada. Karena pola pikir lebih mengedepankan logika akal dari pada mengendepankan teks Al-Qur’an atau Hadist.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem pemikiran Filsafat tentang memastikan adanya tuhan terdiri atas : Ateisme, Teisme, Anti-Teisme, Agnostisisme, Monoteisme, Panteisme, Paneteisme, Deisme.

1.   Ateisme
Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Dalam pengertian yang paling luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan.
Istilah ateisme berasal dari Bahasa Yunani θεος (atheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke-18. Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen dengan dasar filosofis, sosial, atau sejarah.
Seorang ateisme menyangsikan akan adanya Tuhan dan banyak lagi orang yang menyangsikan akan adanya kebangkitan sesudah mati. Mereka percaya, bahwa kesadaran dan kepribadian akan selesai sesudah orang mati. Akan tetapi seorang yang tidak percaya kepada Tuhan mungkin juga seorang yang baik. Seringkali kebaikan seseorang itulah yang menjadikannya orang lain tidak percaya. Ia adalah seorang yang terlalu jujur, sehingga tak mau menerima suatu hal kecuali dengan bukti yang jelas.

2.   Teisme
Teisme berpendapat bahwa alam diciptakan oleh Tuhan yang tidak terbatas, antara Tuhan dan makhluk sangat berbeda. Menurut teisme, Tuhan disamping berada di alam (Imanen), tetapi dia juga jauh dari alam (Transenden). Ciri lain dari teisme menegaskan bahwa Tuhan setelah menciptakan alam, tetap aktif dan memelihara alam. karena itu, dalam teisme mukjizat yang menyalai hukum alam diyakini kebenarannya, begitu juga do’a seorang akan digelar.
Lebih lanjut konsep teisme dalam Islam dijelaskan oleh Al-Ghozali. Menurutnya Allah adalah zat yang Esa dan pencipta alam serta berperan aktif dalam mengendalikan alam. Allah menciptakan alam dari tidak ada.
Manusia, menurut Agustinus sama dengan alam, tidak abadi. Manusia terdiri atas jasad yang fana dan jiwa yang tidak mati. Setelah kematian jiwa menunggu penyatuan, baik dengan jasad lain maupun dengan keadaan yang lebih tinggi yaitu syurga atau neraka. Ketika dibangkitkan jiwa manusia akan mencapai kesempurnaan. Karena itu, hakikat yang sebenarnya dari manusia adalah jiwa, bukan jasadnya. Jiwa yang bersih akan kembali ke penciptanya yaitu Tuhan.
Ibn maimun seorang filosof Yahudi yang berpaham teisme menyatakan, Tuhan meliputi semua posisi yang penting, tidak berjasad dan tidak berpotensi dan tidak menyerupai makhluk. Dalam hal ini Tuhan sama sekali jauh dari pengetahuan dan pemahaman manusia.

3.   Anti-Teisme
Anti-Teisme  merupakan paham atau ajaran yang menolak atau melawan (anti) terhadap paham atau ajaran-ajaran teisme (percaya adanya Tuhan). Paham ini secara jelas sangat bertentangan dengan teisme.

4.   Agnostisisme
Agnostisisme adalah pandangan bahwa keberadaan Allah tidak mungkin diketahui atau dibuktikan. Kata “agnostik” pada dasarnya berarti “tanpa pengetahuan.” Agnostisisme adalah bentuk atheisme yang secara intelektual lebih jujur. Atheisme mengklaim bahwa tidak ada Allah – suatu posisi yang tidak dapat dibuktikan. Agnostisisme berargumentasi bahwa keberadaan Allah tidak dapat dibuktikan atau disangkali – adalah tidak mungkin untuk mengetahui apakah Allah itu ada. Dalam konsep ini agnostisisme benar. Keberadaan Allah tidak dapat dibuktikan atau disangkali secara empiris.
Agnostisisme pada hakekatnya adalah penolakan untuk mengambil keputusan apakah Allah ada atau tidak. Ini adalah bentuk paling utama dari ketidakmampuan untuk mengambil keputusan. Agnostik percaya bahwa kita tidak boleh percaya atau tidak percaya akan keberadaan Allah karena tidak mungkin untuk mengetahui atau menyangkalinya.

5.   Monoteisme
Monoteisme (berasal dari kata Yunani monon yang berarti tunggal dan Theos yang berarti Tuhan) adalah kepercayaan bahwa Tuhan adalah satu/tunggal dan berkuasa penuh atas segala sesuatu.

6.   Panteisme
Panteisme terdiri dari tiga kata, yaitu Pan, berarti seluruh, Theo, berarti Tuhan, dan Ism (Isme), berarti paham. Jadi, Pantheism atau Panteisme adalah Paham bahwa seluruhnya Tuhan.
Panteisme berpendapat bahwa seluruh alam ini adalah Tuhan dan Tuhan adalah seluruh alam. Tuhan dalam panteisme adalah satu dan sangat dekat dengan alam (imanen), hanya Tuhan mempunyai penampakan-penampakan atau cara berada tuhan di alam. Tuhan dalam panteisme, disamping Esa juga Maha Besar, dan tidak berubah. Alam indrawi adalah ilusi atau khayal belaka karena selalu berubah. Adapun, yang wujud hakiki hanya satu, yakni Tuhan.
Dalam Panteisme segala sesuatu adalah Tuhan, tidak satu pun yang tidak tercakup didalam-Nya dan tidak satu pun yang bisa berada tanpa Tuhan.

7.  Paneteisme
Istilah panenteisme telah diperkenalkan pertama kali oleh filsuf idealis Jerman Karl Friedrich Christian Krause (1781-1832). Panenteisme berasal dari kata Yunani “πᾶν” (pan) berarti semua, “ἐν” (en) berarti didalam dan “θεός” (theos) yang berarti Tuhan. Dengan demikian, berarti Semua berada di dalam Tuhan (all-in-God). Istilah ini merujuk kepada sebuah sistem kepercayaan yang beranggapan bahwa dunia semesta berada dalam Tuhan. Bagi Karl Friedrich Christian Krause (1781-1832) sebagai seorang Hegelian dan guru Schopenhauer, mempergunakan kata panenteisme untuk mendamaikan konsep teisme dengan panteisme. Istilah panenteisme muncul pertama kali sebagai system pemikiran filosofis dan religius pada tahun 1828.
Panenteisme memahami Tuhan dan dunia saling terkait satu sama lain. Tuhan punya relasi timbal balik dengan dunia, dunia berada di dalam Tuhan dan Tuhan hadir berada di dalam dunia. Gagasan ini menawarkan alternatif baru pemikiran yang semakin populer melalui sisntesis pemikiran teisme tradisional dan panteisme. Panenteisme berusaha untuk menghindari gagasan mengisolasi Tuhan dari dunia sebagaimana dipahami teisme tradisional dan gagasan yang meleburkan Tuhan dan dengan dunia sebagaimana panteisme.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Panenteisme merupakan paham atau pemikiran dalam filsafat ketuhanan yang berpandangan bahwa Tuhan berada di alam semesta sebagai kesatuan dua pola yaitu actual dan potensial. Pola actual Tuhan senantiasa berubah, terbatas dan temporal, sedangkan pola potensial Tuhan bersifat abadi dan tidak berubah. Secara literal, Panenteisme (pan – en - theisme) merupakan konsep ketuhanan yang dapat dikatan sebagai semua – di dalam – Tuhan.

8.  Deisme
Deisme merupakan suatu aliran yang mengakui adanya pencipta alam semesta, tetapi setelah alam semesta selesai diciptakan, Tuham menyerahkan dunia pada nasibnya sendiri. Sebab, sang Pencipta sudah memasukkan hukum dunia kedalamnya sehingga manusia dapat menunaikan tugasnya dengan berbakti kepada Tuhan dengan hidup yang sesuai dengan hukum akalnya.
Alam berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan ketika proses penciptaan. Peraturan-peraturan tersebut tidak berubah-ubah dan sangat sempurna. Dalam paham deisme, Tuhan diibaratkan dengan tukang jam yang sangat ahli, sehingga setelah jam itu selesai tidak membutuhkan si pembuatnya lagi. Jam itu berjalan sesuai dengan mekanisme yang telah tersusun dengan rapi.
Para penganut deisme sepakat bahwa Tuhan Esa dan jauh dari alam, serta maha sempurna. Mereka juga sepakat bahwa Tuhan tidak melakukan interbensi pada alam lewat kekuatan supernatural. Bagaimanapun, tidak semua penganut deisme setuju tentang keterlibatan Tuhan dalam alam dan kehidupan sesudah mati. Karena itu, atas dasar perbedaan tersebut deisme dapat dibagi atas empat tipe yaitu :
Pertama, Tuhan tidak terlibat dengan pengaturan alam. Dia menciptakan alam dan memprogramkan perjalanannya, tetapi dia tidak menghiraukan apa yang telah terjadi atau apa yang akan terjadi.
Kedua, Tuhan terlibat dengan kejadian-kejadian yang sedang terlangsung dialam, tetapi bukan mengenai perbuatan moral manusia. Manusia memiliki kebebasan utnuk berbuat baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral, dan jujur atau bohong, semuanya itu bukan urusan Tuhan.
Ketiga, Tuhan mengatur alam dan sekaligus memperhatikan perbuatan moral manusia. Sesungguhnya Tuhan ingin menegaskan bahwa manusia harus tunduk pada hukum moral yang telah dia tetapkan dijagad raya. Bagaimanapun, manusia tidak akan hidup sesudah mati. Ketika seseorang mati, maka babak terakhir kehidupannya ditutup.
Keempat, Tuhan mengatur alam dan mengharapkan manusia mematuhi hokum moral yang berasal dari alam. Pandanganaini berpendapat bahwa ada kehidupan setelah mati. Seseorang yang berbuat baik akan dapat pahala dan yang berbuat jahat akan dapat hukuman. Pandangan tersebut berkembang dan banya dianut di Amerika dan Inggris.

BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
Ø  Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Dalam pengertian yang paling luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan.
Ø  Teisme berpendapat bahwa alam diciptakan oleh Tuhan yang tidak terbatas, antara Tuhan dan makhluk sangat berbeda. Menurut teisme, Tuhan disamping berada di alam (Imanen), tetapi dia juga jauh dari alam (Transenden).
Ø  Agnostisisme adalah pandangan bahwa keberadaan Allah tidak mungkin diketahui atau dibuktikan. Kata “agnostik” pada dasarnya berarti “tanpa pengetahuan.” Agnostisisme adalah bentuk atheisme yang secara intelektual lebih jujur.
Ø  Monoteisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan adalah satu/tunggal dan berkuasa penuh atas segala sesuatu.
Ø  Pantheism atau Panteisme adalah Paham bahwa seluruhnya Tuhan.
Ø  Deisme merupakan suatu aliran yang mengakui adanya pencipta alam semesta, tetapi setelah alam semesta selesai diciptakan, Tuham menyerahkan dunia pada nasibnya sendiri. Sebab, sang Pencipta sudah memasukkan hukum dunia kedalamnya sehingga manusia dapat menunaikan tugasnya dengan berbakti kepada Tuhan dengan hidup yang sesuai dengan hukum akalnya.
DAFTAR PUSTAKA
David Trueblood, PHILOSOPHY OF RELIGION:FILSAFAT AGAMA.( Jakarta : Bulan Bintang,1965 ) Penterjemah: PROF.Dr.H.M.Rasjidi.
Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah, MA, dance of God (Tarian Tuhan), Apeiron: Yogyakarta, 2003.
http://jumhurul-umami.blogspot.com/2009/02/aliran-aliran-dalam-konsep-ketuhanan.html
http://www.gotquestions.org/indonesia/agnostisisme.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Sifat-Sifat Huruf

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Al-quran sebagai kitab yang berisi firman-firman Allah SWT. Sebagai umat islam sudah seharusnya kita menjaga kitab yang menjadi pedoman umat islam. Al-qur’an merupakan kalamullah maka dalah segi pembacaannya mempunyai tatacara membacanya dalam arti kata kita mengetahui ilmunya agar tidak terjadi salah arti dalam membaca Al—Qur’an serta bacaannya haruslah tartil. Atas dasar tersebut para ulama menciptakan sebuah disiplin ilmu dalam membaca Al-Qur’an yatu Ilmu Tajwid. Ilmu tajwid di dalamnya menerangkan hukum-hukum bacaan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam ilmu tajwid juga di bahas mengenai makhorijul huruf agar dalam segi pembacaannya ada perbadaan dalam semua huruf hijahiyah. Huruf hijahiyah mempunyai sifatul huruf dan sifat itulah yang membedakan masing-masing huruf hijahiyah. B.        Rumusan Masalah 1.       Ada berapa sifat-sifat huruf? 2.       Bagaimana cara mengucapkan atau melafalkan sifat-sifat huruf? BAB II

PIDATO ILMU SEPANJANG MASA

Assalamu’alaikum Wr Wb "Alhamdulillahi robbil alamin, wasshalaatu wassalaamu alaa asrafil anbiyaa' i  wal mursaliin wa'ala aalihi wasohbihi ajma'in, (amma ba'du)". “Rabbi Shohri Shodri Wayasyirli ‘Amri Wahlul Uqdatammillisani Yafqohu Qouli” ·          Kepada dewan juri yang saya hormati ·          Dan kepada hadirin yang di muliakan Allah SWT Marilah kita bersama-sama MengAgungkan Asma Allah SWT dengan memanjatkan Puji Syukur atas segala rahmat dan pengampunan_-Nya. Shalawat beserta salam semoga tetap terlimpah ruahkan kepada kita semua melalui panutan kita, sang pembawa zaman, pencerah dunia yakni Habibana Wannabiyana Muhammad SAW, dan semoga syafaatnya sampai kepada kita hingga akhir zaman. Aamiin Hadirin yang dimuliakan Allah SWT Saya berdiri di hadapan bapak dan ibu disii bukan untuk promosi bukan pula untuk berdakwah seperti layaknya kyai dan tokoh ulama negeri ini. Tapi sih kalo ada bau-bau kyai saya mau. Aamiin. Namun berdirinya saya

Makalah Peran dan Fungsi Media Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Media pembelajaran memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang kaya dan bervariasi, tidak saja membuat motivasi belajar meningkat, tetapi juga menjadikan hasil belajar lebih bermakna. Media pembelajaran dapat dimaknai sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Penggunaan media atau alat bantu disadari oleh banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas, terutama membantu dalam peningkatan prestasi belajar siswa dan membantu juga dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Namun, dalam implementasinya tidak banyak guru yang memanfaatkannya, bahkan penggunaan metode ceramah (lecture method) monoton masih cukup populer dikalangan guru da